Dua hari setelah aku menemui Rangga dan perempuan itu di loby kantornya. Aku berusaha baik-baik saja. Aku berusaha menjalani hidupku dengan normal. Tak kuhiraukan hatiku yang sedang mengacau. Aku tetap berjalan. Aku percaya sekali, atas keberuntungan yang pasti akan kita temui ketika kita usai berharap. Pagi ini seperti biasa, secangkir kopi yang kusiapkan sendiri di mejaku mengajakku berdiskusi. ' Kamu harus mencari klien baru karena kerjasama yang kau batalkan dengan Rangga? Hhaha.. Urusan hati kadang mengacaukan semua ya. Mengapa kau tak bisa memisahkan urusan hati dengan pekerjaanmu sih? ' ia mencibirku. Aku hanya menatap dalam pada warna cokelat kopiku. Kuracik semua kata-katanya dalam kepalaku. Kali ini ia akan tahu kejutannya. "Permisi.." "Hai, Rangga.. Ayo masuk!" Seperti janjinya kemarin, Rangga datang menemuiku di ruanganku ini. Aku melirik pelan pada cangkir kopiku dengan tatapan kau-tak-usah-berisik-dulu-ya. "Pagi, Zoya.. Aku gak a...