Skip to main content

Bales kangenku, dong!

"Bangun, Zoya! Sudah siang.. cepet mandi!!" suara Ibu yang berteriak dari luar kamar membangunkan aku dari ridurku. Dan dari semua mimpiku yang begitu aneh.

Ya ampun! Aku melihat jam wakerku yang kuletakkan di meja, ia diam, tak berbicara ataupun mendengkur. Lalu kulirik diary hitamku. Ia pun diam. Tak mungkin ia mengerti semua yang kutulis disana, apalagi sampai jatuh cinta.

Dan sosok Mario dalam mimpiku. Ya ampun! Mengapa aku berkata jatuh cinta padanya? Mengapa aku ragu akan imanku, dan menyalahkannya?

Aku diam selama beberapa menit. Mengosongkan fikiranku.

Mungkin jam waker itu hidup dalam mimpiku dan menjadi sosok menyebalkan karena aku sulit sekali berdisiplin dengan waktu. Aku terlalu banyak bermain-main dengan waktu.

Dan diary itu, mengapa ia hidup dalam mimpiku dan berkata ia mengerti semuanya tentangku? Apakah selama ini dalam kehidupan nyataku aku tak punya seseorang yang mengerti aku? Aku menghitung orang-orang di sekelilingku. Nyata sudah. Banyak. Namun hubunganku tak dalam. Akulah sang introvert. Aku tak bisa mempercayai semua orang.

Lalu sosok Mario dalam mimpiku, rasanya itu karena ketakutanku meninggalkan keyakinanku terlalu jauh. Mario seperti mengingatkanku untuk lebih mempertebal imanku.

Lalu kutarik kesimpulan mimpi burukku sejak sore aku terlelap karena terlalu lelah melewatkan malam tahun baru bersama teman-temanku itu: semua sosok yang hidup dalam mimpiku adalah ketakutanku.

Hmmm.. Jam delapan pagi. Tiktoktiktok!!

Pertama, aku terlambat untuk mengambil pesanan kue Ibu.

Kedua, kucari handphoneku. Ada pesan masuk. Seseorang mengirimkan lagi smsnya untuk sekedar bertanya kabar. Tak kubalas. Karena aku tak tertarik. Oke ralat. Aku tak suka hubungan rumit yang dimulai dengan kata "aku suka kamu."

Ketiga, aku melewatkan kewajiban 2 rakaat Subuhku.

...

Apakah mimpi burukku akan menjadi kenyataan yang buruk yang selalu menghantuiku?

Oh ampun! Sms itu muncul lagi..

"Zoya, bales kangenku dong.."

Oke. Kucari tombol reply dan mulai mengetik...

Selamat tinggal satu mimpi buruk. Haha!


*bersambung di judul ke 7*

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi