Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2012

Sang Surya?

Sel-selku membelah dari punyamu Namun itu tak cukup untukmu memahamiku Cukup sepenggal hidupku aku menjadi "bayi"mu Selebihnya aku berguru pada aku Kau tak lagi kugugu Tak lagi kutiru Karena aku jemu Kau bisa menyulam rasa, namun tak menjalin makna Kau bisa mengira-ngira, namun tak pernah iya Namun katamu sekali waktu, sayangmu tak berbatas Sepanjang kau bernafas Hmm.. Aku cuma ingin duduk, memejam, dan percaya Bahwa waktu sudah berlalu Dan hanya ada asa di pelupuk ketika kubuka mata Maafkan aku untuk bisu kita Nyata aku belum memaafkanmu Karena lakumu dulu Dan tingkahmu kelabui aku Mungkin aku terlalu bebal.. Di atas kasur kamar, 28 Desember 2012, 07.30.

Selamanya cinta

Aku punya janji dengan temanku, Arin, jam 12 siang nanti. Kantor Arin dekat dengan cafe tempatku dulu bekerja ini. Aku pikir, daripada menunggu Arin di   loby   kantornya, lebih asik kalau aku menunggu di cafe ini. Aku juga sedang ingin mengenang masa – masa dulu ketika aku bekerja di cafe ini. Lokasi cafe ini di sebuah jalan utama di Bandung, nyaman dan banyak pilihan makanannya. “Aku pesan es campur ya, Mbak. Mejaku di sana..” aku menunjuk ke sebuah meja di pojok cafe. Meja yang letaknya di pojok di setiap cafe yang aku kunjungi adalah tempat favoritku. Aku tak perlu repot memilih. Dan kamu tak usah pusing mencari aku kalau nanti kita janjian di cafe. Hehehe.. Aku menyapukan pandangan pada sekeliling cafe. Tak ada pegawai yang kukenal. Akhirnya, es campur yang sudah kupesan sejak tadi tiba di mejaku. Aku mencicipi satu sendok. Segar dan manis. Dan semua kenangan yang tersaji di hadapankupun menjadi manis. Aku tersenyum dalam hati mengingat semuanaya.             Kenangan

Forza Inter!

Siang itu matahari sepertinya sedang sentimen pada bumi. Atau mungkin ia marah pada manusia – manusia di dalamnya karena telah berulah sedemikian keji sehingga bumi tidak lagi sesejuk dulu. “Rasakan!”, mungkin begitu kira – kira yang akan diucapkan matahari kalau saja ia bisa berbicara. Ingin protes rasanya, tapi matahari pasti selalu dapat berkilah, karena memang ia tidak bersalah. Manusialah yang membuat udara panas tak terampuni seperti ini. Pohon ditebangi, gedung bertingkat dengan jendela kaca terus dibangun, alat – alat elektronik yang mempercepat penipisan lapisan ozon justru semakin banyak saja digunakan orang. Di satu ruangan kelas pada salah satu Politeknik di Bandung, udara yang panas juga dirasakan oleh para mahasiswanya. Sialnya, siang itu AC di kelas tersebut mati karena tidak ada aliran listrik. Bapak – bapak dari bagian Tata Usaha memberi tahu, “Sedang ada perbaikan di PLN, kira – kira sampai jam 5 sore nanti,” begitu katanya. Namun Sang Dosen yang berusia kir