Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2011

Siapa kamu dan apa misi kamu di bumi ini?

Maharani, 25 tahun, bekerja di salah satu perusahaan swasta. Perempuan menarik yang ramah, ceria dan hangat. Rani, begitu ia biasa dipanggil, menemukan seorang lelaki yang cocok dengannya di perusahaan tempat ia bekerja itu. Maka lelaki itupun menjadi pasangannya menjalani hari – hari bekerja penuh semangat. Tiga tahun sudah kebersamaannya dengan pria pujaannya itu dan masih saja Rani merasa pria yang berada di sampingnya itulah yang terbaik baginya. Sampai pada suatu hari yang tak pernah ia bayangkan, sang pujaan hati memutuskan kebersamaannya dengan Rani untuk sebuah alasan yang tak ia pahami. Rani tidak bisa memaksa untuk paham alasan kekasihnya memutuskan dia. Ia hanya mampu menerima keputusan itu. Maka berhari – hari tumpahlah air mata penyesalannya. Tiga tahun lewat sudah dan tak berarti apapun baginya. Dunia terasa menyempit. Ranipun sakit, merasa terhimpit. Shahnaz, 17 tahun, siswi SMU yang cerdas, manis, meski tidak selalu juara satu namun ia pasti masuk rang

Ibu

Sapuan lembut nada pada telinga Membisik pada sadarku tentang masa indah Saat bersanding di wajah bidadarinya Matanya mengawasi setiap kedipku Dan kutahu segumpal rasa aman menghuni kalbuku Melodinya masih mengalun dengan rasa Kesabaran tesembunyi di balik kuatnya hati Senyumnya mengingatkanku tentang kesahajaan Kuingat jemarinya menuntunku dulu Bahwa aku akan tetap tumbuh Dengan pakaian jiwa Yang tersulam oleh kasih Belainya bak alunan musik di kepalaku Menderaikan bahagia hingga ujung tubuhku Dengan segala rasa kuakui Di sana ada cinta..

Peluru

Kian menderu debar Peluru yang gencar Menggegarkan dengar Dan ketakutan dalam pusar Nyeripun terburai Kala asa yang patah Mengerat nadi Dalam terik gerah Pilunya sang mahadaya Menarikan kata – kata sang pertapa Menggema dalam siang yang hening Tertoreh dengan gemulai Minggu, 12 Desember ‘04 (mengenang wafatnya Munir, Aktivis HAM, pada Selasa 7 Sepember ‘04)

Catatan kecil sore hari: Inspirasi laskar hujan

Sore - sore pulang kuliah niatku mau cari buku dan nonton film baru. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke salah satu mall di kotaku, Bandung. Cuaca memang sedang hujan tapi aku bertekad memanfaatkan waktu luang yang jarang datang ini. Lalu apa yang aku dapat? Ketika mendekati pintu masuk mall tersebut, di sana sudah ada banyak anak kecil seusia adik - adikku, perempuan - laki- laki, juga beberapa orang ibu, membawa payung besar yang terbuka di tangan mereka. Mereka berusaha menawarkan payung tersebut untuk disewa oleh pengunjung mall yang membutuhkannya agar tidak kehujanan ketika menuju ke tempat kendaraan mereka diparkir. Aku terpana. Aku menunda buku dan filmku, mendekati mereka lalu berbincang sedikit. “Berapa aja, Teh.” jawab mereka ketika aku tanya berapa harga sewanya. Mereka mengaku para penyewa payung itu biasanya memberikan imbalan berkisar Rp 1.000,- hingga Rp 5.000,-. Hari itu hujan memang turun sejak pukul 12 siang. Mereka bercerita bahwa mereka sudah ada d

Seperti apa sih karakter SBY?

Ini adalah profil singkatnya... Nama: Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono Tempat/ Tanggal Lahir : Pacitan, Jawa Timur 09 September 1949 Agama : Islam Status perkawinan : Menikah Nama Istri : Kristiani Herawati Anak : Dua orang Waw.. ternyata Zodiaknya Virgo dan Shionya adalah Kerbau!!! Sama dengan akuuu shionya!!! :D Kita telisik yuk seperti apa sih karakter SBY dilihat dari zodiak dan shionya! Yah.. mungkin saja bisa menjelaskan latar belakang dari kebijakan - kebijakan yang selama ini beliau ambil atau sikapnya atas hal - hal yang terjadi di negeri ini. Memang tidak akan menjelaskan secara tepat, tapi lumayan deh buat bahan melamun! xoxo Karakter Zodiak Virgo Praktis, Analistis, Kritis, Berkepala Dingin Dan Logis, Rajin, Sederhana Nomor Keberuntungan : 4, 7, 16, 25, 31, 43 Aroma Keberuntungan : Kayu Oak, Lemon, Madu, Pohon Saru, Adas Planet Yang Mengitari : Merkurius Bunga Keberuntungan : Bunga Lavender, Bunga Azalea Warna Keberuntungan : Biru Laut, Abu-Abu, Kuning Must

Sore yang jingga untuk Bunga

Aku masih kuncup hidup di tepi trotoar ini berdamai dengan angin sore ia membuatku kepincut mesranya membuai setiap helai daunku Aku jadi enggan merekah, berhias lalu lepas paru-paruku masih senang menghimpun debu telingaku belum bosan coba pecahkan teka-teki suara klakson berlompatan.. tergesa.. berkejaran bersama nafas manusia Aha.. manusia! Mataku sering tersedak oleh arak yang mengalir dari desis ambiguitas manusia Ketika mereka berbicara tentang imam hidup.. redam.. hingga padam seperti lampu di simpang jalan mengawal bergantian aku mencium keningku sendiri.. keheranan! Ketika mereka tengah berulah mengarang cerita tak sudah - sudah tentang kambing yang menjadi rubah satu per satu batang harapanku patah terperangah oleh fabel yang terlalu mewah aku lemah dan kalah... Ahh.. Aku masih tetap kuncup mencoba terus hidup " Sebentar kamu mekar, tunggu saja!" Jingga ingatkan aku sedikit tergugu.. hatikupun

Ceracau Hati Tentang Benar

kau menilai benar dengan hati? aku iya... biarkan ia menjadi relatif adil bukan? kau tak bisa menghujat daya menghabisi energi melintang di gelombang menggambar udara atau menggagas identitas benar... adalah arah tak bertuah... sinyal tak bermuasal... suara tak bermedium... hentak yang melesak serentak! ayolah, kita bicara... kabar hatiku? ia sedang bercerita dengan sastra naratif yang bijak tak ada ancam merajam traktak yang mengikat gelagat yang menggugat atau hukum yang akurat ia mahfum atas cita-cita tuaku : menjadi manusia bebas! maka ia membebaskan aku girang tak kepalang lalu melenggang senang aku mau berwisata pada hatimu aku dengar tentang kerajaan kecil itu tak selesai juga kau buat onar rebahlah sebentar untuk mendengar refleksi itu candu yang memukau maka bercerminlah dengan imagimu bujuk hatimu memeluk relung mintakan ia tunduk pada mau itulah benar... tak pernah selesai kau kejar sep

Untuk kamu pemilik senyum bisu

Ada kala bahagia tak bertepi.. Ada ketika sedih menghampiri.. Ada saat sesal tak terperi.. Ada masa kecewa menyapa.. Kadang juga kenangan mengiris-iris luka.. Waktu – waktu itu hanya milikmu.. kamu tak ingin membagi.. kamu hanya ingin menyimpan rapi.. bercerita pada dinding hatimu yang sepi.. menikmati marah yang mengelus perih, juga tawa yang terkikik mengusik.. sendiri.. Namun kamu tetap tersenyum.. dan membisu.. Di ujung tahun ini.. Pagi begitu biru.. Dan aku hanya ingin kamu tahu.. Sesuatu yang haru dalam satu waktu, ketika serpihan kaca yang pecah telah utuh kembali.. Adalah saat kamu tersenyum bisu, dan aku seperti bercermin pada dirimu. di bawah matahari minggu pagi, 26 desember 2010.