Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2015

Before the wedding

Ia tetap menaruh matanya di balik lensa. Entah objek apa yang sedang dicarinya. Entah momen apa yang sedang ditunggunya. Ah, mungkin dia tidak mencari apa-apa sebenarnya. Pun tak ada momen yang ditunggunya. Ia hanya senang menyembunyikan wajahnya di balik kamera besar itu. Sesekali saja jarinya memijit tombol shutter . Lima belas menit ia melakukan itu. Lalu tiba-tiba saja ia mengangkat wajahnya dari kamera itu dan langsung menatapku. Aku kaget, jangan-jangan ia bisa membaca pikiranku barusan lalu marah. Tapi sepertinya tidak. Ia menarik tanganku sambil melangkah maju, “Kamu temenin aku sampai selesai, kan?” Aku mengangguk dan tersenyum walau ia tak melihatnya, “Hari ini buat kamu, kok, Putri.” _____ Putri, perempuan yang kujumpai dua tahun lalu ketika ia terkulai lemah di sebuah ruangan rumah sakit. Tangannya dibebat kain perban. Matanya memejam seperti ingin melupakan sesuatu. Beberapa goresan pecahan kaca melukai wajah cantiknya. Putri meringis perih. Kemudian tubuh di

Bintang super raksasa biru

Dia membuka pintu dan melihat lelaki itu berdiri di sana, menangis. Tak ada isakan yang terdengar. Hanya sorot mata lelaki itu yang menusuk iba. Udara lembab di ruangan itu terasa kelu. Bintang membuka mulutnya hendak memanggil nama lelaki itu, namun kerongkongannya seperti tercekat. Suara – suara kendaraan yang tertahan lajunya terdengar halus menembusi jendela kereta hingga sampai di telinga Bintang, membangunkannya dari mimpi anehnya. Bintang terbangun dengan kepala menyender pada jendela kereta. Ia memijat pelipisnya pelan. Hatinya kini sedikit cemas setelah mimpi yang ia alami barusan. Bintang melihat penumpang lain mulai merapikan barang bawaannya. Sebentar lagi ia akan sampai di stasiun tujuannya. Bintang melihat ke luar jendela. Di luar sana gelap, namun ia hapal daerah ini. Kereta yang ia tumpangi baru saja melintasi Jalan Braga. Bintang melirik jam tangannya, jam 8 lewat 10 menit. Hampir separuh perjalanan ia tertidur. Kembali, Bintang tepekur pada sisi luar jendela.

Ratimaya Sarasvati: Buah jiwa kelompok musisi penenun imajinasi

Bagi saya, Sarasvati adalah kelompok musisi penenun imajinasi. Beranggotakan Risa Saraswati ( lead vocal ), Marshella Safira ( back vocal ), Hinhin Akew (gitar), Gallang Perdana ( bass ), Papay Soleh ( drum ), Kevin Rinaldi ( keyboard ), Gigi Priadji ( sequencer ) dan Iman Jimbot (suling dan kecapi), mereka melahirkan buah jiwa baru bernama Ratimaya. Ratimaya yang dalam bahasa sansekerta berarti ‘bayangan keindahan’ adalah judul album keempat Sarasvati di sepanjang karir mereka sejak debut album Story of Peter pada 2010 silam. Berbeda dengan album-album sebelumnya, album Ratimaya yang berisi 10 lagu ini, dilengkapi dengan narasi dan memunculkan tokoh Ratimaya. Album Ratimaya Sarasvati Captured by @LucyanaO Sarasvati selalu menawarkan cerita. Ratimaya, adalah sebuah cerita baru yang dibagi oleh Sarasvati. Demi 'menghidupkan' kisahnya, Sarasvati berkolaborasi dengan Merchant of Emotion (MoE) mengangkat Ratimaya melalui sebuah konser musik teatrikal "Ratimay