Bagi saya, Sarasvati adalah kelompok musisi penenun imajinasi. Beranggotakan Risa Saraswati (lead vocal), Marshella Safira (back vocal), Hinhin Akew (gitar), Gallang Perdana (bass), Papay Soleh (drum), Kevin Rinaldi (keyboard), Gigi Priadji (sequencer) dan Iman Jimbot (suling dan kecapi), mereka melahirkan buah jiwa baru bernama Ratimaya.
Ratimaya yang dalam bahasa sansekerta berarti ‘bayangan keindahan’ adalah judul album keempat Sarasvati di sepanjang karir mereka sejak debut album Story of Peter pada 2010 silam. Berbeda dengan album-album sebelumnya, album Ratimaya yang berisi 10 lagu ini, dilengkapi dengan narasi dan memunculkan tokoh Ratimaya.
Album Ratimaya Sarasvati Captured by @LucyanaO |
Sarasvati selalu menawarkan cerita. Ratimaya, adalah sebuah cerita baru yang dibagi oleh Sarasvati. Demi 'menghidupkan' kisahnya, Sarasvati berkolaborasi dengan Merchant of Emotion (MoE) mengangkat Ratimaya melalui sebuah konser musik teatrikal "Ratimaya Sarasvati" pada 1 Oktober 2015 lalu di Sasana Budaya Ganesha, Bandung. Sebuah konser musik teatrikal yang akhirnya menandai rilis album Ratimaya.
--
Panggung Ratimaya Sarasvati terbagi menjadi dua area; satu bagian di bawah dan bagian lain di atas. Di bagian bawah, personel Sarasvati berada pada posisinya masing-masing, ditemani oleh kelompok string section dan paduan suara di kanan dan kiri. Bagian atas, dibalik tirai transparan yang nantinya akan memproyeksikan video mapping yang mendukung cerita, adalah tempat bagi atraksi teater. Walaupun atraksi teater itu tak melulu di panggung bagian atas.
Membuka konser malam itu, tidak ada sapaan "Selamat malam Jumat" seperti pada konser-konser sebelumnya, melainkan ucapan "Selamat tidur".
Setelah seluruh personel Sarasvati memasuki panggung dengan gerakan seperti prajurit berbaris, Risa Saraswati memulai konser dengan membacakan narasi mengiringi adegan Ratimaya yang sedang kesulitan untuk tertidur. Ratimaya yang diperankan oleh seorang gadis kecil, memulai adegannya dari atas ranjang tempat ia berusaha memejamkan mata. Setiap malam, ia tak bisa lelap sebelum memutar kotak musik pemberian ayahnya. Setelah melodi lagu 'Lir-Ilir' mengalun pelan beberapa kali dari kotak musik itu, Ratimaya akhirnya tertidur dan petualangannya di alam mimpi pun dimulai.
Jika dalam konser-konser Sarasvati sebelumnya, karakter hadir sebagai pelengkap lagu. Kali ini, karakter beserta ceritanya hadir tidak hanya sebagai pengiring tetapi menjadi benang merah pertunjukan. Empat belas lagu yang telah disusun sesuai dengan urutan cerita, sengaja diuntai dengan aksi teater.
Saya bisa merasakan penonton konser malam itu yang terhanyut ke dalam alam mimpi Ratimaya. Pemeran-pemeran teater yang sebelumnya telah melalui audisi yang dilakukan oleh Merchant of Emotion, bermain dengan baik. Yang saya suka, pemeran-pemeran teater ini membawakan perannya sambil berinteraksi dengan kelompok pemain musik termasuk personel Sarasvati maupun dengan penonton. Seperti saat tokoh kembar Dara dan Mara yang memancing tawa penonton muncul.
Tentu saja, aksi teater tidak menjadi dominan dalam konser musik teatrikal ini. Permainan band Sarasvati dalam memenuhi setlist konser malam itu memukau seperti biasa. Lagu-lagu baru yang diambil dari album Ratimaya diperdengarkan. Seperti Centhini, Takut, Moon and Stars, Oh Dear, Rasuk, termasuk Karam dan Wizzard Girl yang sebelumnya telah diputar di radio-radio. Di album ini pula, sang vokalis, Risa Saraswati, bernostalgia dengan membawakan ulang lagu Unfolding Sympathy yang sebelumnya dibawakan bersama bandnya terdahulu, Homogenic.
Konser musik teatrikal dan peluncuran album Ratimaya Sarasvati, Sabuga, bandung (1/10) |
Dalam lagu Takut, Ambu Ida Widawati kembali menyumbangkan suara sindennya pada lirik berbahasa Sunda. Di lagu Moon and Stars, Sarasvati berkolaborasi dengan Anji. Kemudian satu lagi musisi kolaborator yang tampil membantu Sarasvati malam itu adalah Agung dari Burgerkill. Petikan gitar Agung mengiringi suara Risa dan Shella saat bernyanyi di lagu Rasuk.
--
Saat Ratimaya mulai gelisah di alam mimpinya dan merasa ingin pulang ke alam nyata. Lagu Lir-Ilir beberapa kali dinyanyikan oleh pemeran yang muncul sebagai sosok Ibu Ratimaya. Maka tembang yang diciptakan dan digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa ini terasa sangat bermakna malam itu.
Tembang ini diawali dengan 'Lir ilir' yang artinya 'Bangunlah, bangunlah' atau bisa diartikan sebagai 'Sadarlah'. Tembang ini memberi pesan agar kita bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Allah SWT ke dalam diri kita. Bangun untuk mencapai apa saja, dan menjadi bermanfaat bagi siapa saja.
Saya ingat, salah satu hal yang paling berkesan untuk saya malam itu adalah menyaksikan Risa Saraswati bermain teater. Selain bernyanyi, pada beberapa bagian pertunjukan, Risa membawakan peran Ratimaya. Saya tidak tahu, apakah ia masih ingat atau tidak dengan apa yang ia tuliskan pada booklet di atas, tiga tahun yang lalu. Bermain teater adalah satu dari tiga mimpi yang Risa tuliskan untuk jawaban atas pertanyaan mimpi yang belum tercapai hingga saat itu.
Lalu saya teringat pada apa yang disampaikan Risa, mewakili band-nya, dalam kesempatan konferensi pers sebelum konser dilaksanakan, "Apa yang mau diangkat dalam album ini adalah bahwa banyak orang berpikir di alam mimpi mereka bisa mewujudkan apa saja, mau menjadi apa saja, sementara mereka tidak benar-benar mewujudkannya di kehidupan nyata.”
Menyaksikan konser Ratimaya Sarasvati malam itu, dengan cara yang begitu halus dan ajaib saya dibuat tersadar bahwa perwujudan mimpi itu rasanya nyata dan sangat manis.
--
Menyaksikan konser Ratimaya Sarasvati malam itu, dengan cara yang begitu halus dan ajaib saya dibuat tersadar bahwa perwujudan mimpi itu rasanya nyata dan sangat manis.
--
Setelah berlangsung kurang lebih dua jam, skenario pertunjukan teater pun diakhiri dengan sebuah kalimat yang diucapkan Risa dan terdengar begitu indah di telinga saya, "Bangun, adalah bagian terbaik dari mimpi."
Lagi-lagi, rasanya bagi saya pas sekali ketika kalimat itu diwakilkan oleh sang vokalis. Karena selain sebagai musisi, saya memang mengagumi Risa sebagai pribadi juga sebagai penulis. Dalam pandangan saya, ia adalah salah satu sosok yang tak pernah berhenti mewujudkan mimpi-mimpinya. She's the kind of girl that once she gets an idea into her head, there's no stopping her. I am forever inspired by her.
Namun tentu saja malam itu bukan hanya milik sang vokalis. Malam itu adalah milik semua personel band dan seluruh pemeran teater bahkan segenap kru yang telah mempersiapkan dengan sungguh-sungguh sebuah konser musik teatrikal yang tak biasa. Malam itu, tentu juga adalah milik para penonton yang menggenggam erat mimpi-mimpi mereka di dalam kepala masing-masing.
--
Itulah mengapa, saya menyebut Sarasvati sebagai kelompok musisi penenun imajinasi. Sarasvati telah sukses membawa saya ke alam mimpi Ratimaya dan membekali dengan pesan yang tak akan saya lupa.
Akhirnya saya menuliskan ulasan ini sebagai pengingat. Bahwa saya masih punya banyak mimpi lain yang harus saya capai. Lebih baik saya segera bangun dan mulai bekerja mewujudkan semuanya.
Karena sungguh, mimpi yang paling indah adalah mimpi yang dijalani ketika kita sedang terbangun. Bukan begitu?
@syahwisyahwi - Pemimpi yang (semoga) tak lupa untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.
Comments