Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur.
Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting.
Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah:
1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial.
2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat.
Mungkin terdengar berlebihan, tapi hati saya sungguhan hancur melihat fenomena ini tak sudah-sudah.
Manusia dilahirkan dengan cipta, rasa, dan karsa. Mungkin sekarang saatnya kita saling mengingatkan untuk mempertajam kembali tiga hal tersebut, agar bisa menimbang apakah bahasa dan cara bertutur kita patut.
Kemudian soal etika mengirim email, hal ini sesungguhnya sudah sering sekali dibahas oleh beberapa figur publik. Jika saja kita tidak malas untuk mencari tahu, di mesin pencarian pun mudah sekali ditemui tata cara berkirim email yang layak.
Mengapa hal ini penting? Karena dalam konteks mencari pekerjaan atau membuka peluang menjalin kerja sama, cara kita dalam berkomunikasi, baik verbal maupun tulisan, menunjukkan seberapa profesional dan berkualitas diri kita atau nama perusahaan yang kita gunakan.
-
Tulisan ini juga dipublikasikan di Instagram saya dalam rangka mengikuti proyek @30haribercerita #30haribercerita #30hbc07
Comments