Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2013

Damn, I love Indonesia (1)

Menyambung postingan saya sebelum ini, apa yang saya lakukan untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI, tak usah membayangkan saya melakukan hal - hal yang pratiotik. Saya hanya mengobrol bersama beberapa teman kok, dengan tema Indonesia. Haha! Saya sudah jarang hampir tidak pernah menonton televisi lagi, saya juga jarang membaca koran. Lalu dari mana saya mendapatkan informasi? Saya lebih senang membaca timeline orang-orang yang saya percaya dan saya follow di twitter. Sesekali saya juga mendengarkan siaran radio berita. Mengobrol dan berdiskusi dengan teman adalah salah satu cara mendapatkan informasi yang paling menyenangkan buat saya. Ada dua orang teman yang saya ajukan satu pertanyaan yang sama, ‘Apa yang paling menyedihkan dari Indonesia saat ini menurut kamu?’ Seperti kata salah satu teman, bahwa pendapat itu akan didasarkan pada pengalaman. Maka menarik jadinya buat saya, ketika mendapati jawaban yang berbeda - beda dari dua teman saya ini, karena memang latar pek

Merdeka tapi lapar

Setiap Minggu pagi sampai kira-kira pukul 11 siang, sepanjang Jalan Dago Bandung ditutup untuk area Car Free Day. Area ini awalnya diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin berolah raga. Namun pada perkembangannya, selain masyarakat yang hendak berolah raga; bersepeda, main roller blade, atau sekedar jalan kaki, area ini juga dipenuhi oleh masyarakat yang berjualan makanan, minuman, baju, dan lain-lain. Selain itu, berbagai komunitas yang ada di Bandung juga seringkali memanfaatkan keramaian area CFD untuk memperkenalkan komunitasnya dengan program-programnya yang akan mereka jalankan. Seringkali saya merasa area CFD ini adalah miniatur dari Kota Bandung secara keseluruhan. Yang kamu temui di area CFD, adalah bagian dari berbagai macam hal yang lebih besar yang menjadi isi Kota Bandung. Ada satu bagian jalan dalam area CFD dimana di situ saya selalu sengaja berhenti sejenak dari jalan-jalan pagi. Untuk apa? Untuk menyimak kelompok anak jalanan yang biasanya membawakan perfo

Sebuah catatan kecil

Sebagai angkoters sejati, saya punya cara untuk bikin ngangkot tetep asik. Paling sering sih ngetweet. Kadang-kadang dengerin lagu lewat headphone. Kalau kebetulan jempol iseng, maka ngangkot kadang sambil dengerin lagu ditambah corat-coret nge-draft untuk postingan baru di blog saya. Track playlist di handphone saya sampai di lagu Sunyaruri, lagu baru Sarasvati. Cocok lah dengan otak saya yang kebetulan isinya sedang 'Sarasvatī', band kesukaan, kesayangan, dan kegemaran. Alhasil, saya jadi mengingat kepada setahun yang lalu, kira-kira bulan September-Oktober 2012, ketika kami tahu bahwa di bulan November 2012 akan ada momen launching buku Maddah dari Risa Saraswati plus album Mirror dari Sarasvati, dalam konser bertajuk Nishkala. Segala hiruk pikuk menjelang konser yang kami simak dan euforia menanti konser yang kami tunggu-tunggu membuat kami, saya dan teman-teman Sarasvamily, 'tak bisa diam'. Iya, teman-teman Sarasvamily memang kadang hiperaktif. :| Kata

Daydreamer

Jadi gini, dulu sempat mengintip halaman sebuah buku self-development . Di sana ada quiz, dimana pembaca harus jujur menuliskan aktivitas apa saja yang dia suka. Dan di buku itu tertulis bahwa melamun itu bisa sah saja masuk list aktivitas yang kita suka, jika memang kita suka. Setelah merasa terdukung dengan pernyataan di dalam buku self-develpoment itu dan mengingat kesukaan saya dengan melamun, maka dengan bangga saya deklarasikan melamun adalah hobi saya. Eits. Sebentar. Jangan dulu nyinyir. Saya anaknya suka membela diri sih. Jadi saya cari-cari artikel tentang melamun ini (baca: cari temen). Dan ternyata konotasinya gak selalu jelek kok. Melamun punya 3 komponen: mengenang, merenung, dan mengkhayal. Komponen pertama: mengenang. Mengenang kejadian-kejadian yang sudah lewat, yang menyenangkan ataupun sebaliknya. Yang menyenangkan, tentu saja bikin kita jadi senyum-senyum ingin mengulangi lagi dan bikin semangat. Yang menyebalkan, tentu saja sambil dilamunkan bisa diambil pela

Cermin menuju pulang

Dan lalu... Rasa itu tak mungkin lagi kini Tersimpan di hati Bawa aku pulang, rindu bersamamu Dan lalu... Air mata tak mungkin lagi kini Bicara tentang rasa Bawa aku pulang, rindu segera Jelajahi waktu Ke tempat berteduh hati kala biru Dan lalu... Sekitarku tak mungkin lagi kini Meringankan lara Bawa aku pulang, segera Dan lalu... Oh, langkahku tak lagi jauh kini Memudar biruku Jangan lagi pulang Jangan lagi datang Jangan lagi pulang Pergi jauh Dan lalu... Dan lalu... (Float - Pulang) Mudik Lebaran, tradisi di Indonesia, negara kepulauan dimana penduduknya yang mayoritas Muslim banyak yang mencari nafkah tidak di tempat ia lahir, lalu tak bisa berkompromi dengan keinginan untuk pulang terutama di saat hari raya ini, maka jadilah pulang beramai-ramai menjelang Lebaran sebuah budaya. Lalu aku bertanya-t

Malam, ruang, waktu dan puisi

Kucoba semua, segala cara Kau membelakangiku Kunikmati bayangmu Itulah saja cara yang bisa untuk ku menghayatimu Untuk mencintaimu Sesaat dunia jadi tiada Hanya diriku yang mengamatimu Dan dirimu yang jauh di sana Ku tak kan bisa lindungi hati Jangan pernah kau tatapkan wajahmu Bantulah aku semampumu ~ "Dear, Prissa.. Ini Rabu malam. Aku tahu kamu senang menyelesaikan pekerjaan di 3 hari pertama dari 5 hari kerjamu. Rabu malam kamu akan pulang lebih cepat lalu menghabiskan waktumu sampai larut malam di tempat ini. Tempat nongkrong favorit kita. Emhh oke ralat. Kita tidak pernah duduk-duduk berdua, jadi ini adalah tempat nongkrong favorit kita bersama Rio, teman kantorku yang kukenalkan padamu. Aku senang kamu tidak pulang langsung ke kostan, tapi memilih mampir dulu di tempat ini. Setidaknya setiap Rabu malam. Dan kalau aku sedang beruntung, Sabtu malam kita akan bertemu lagi di sini. Prissa. Nama

Ada yang bercita-cita jadi tukang tambal ban?

"Gimana kalo gak ada lagi yang mau jadi tukang tambal ban di dunia ini ya?" "Pabrik kompresor ban tutup. Distributor pompa gulung tikar. Tukang sebar paku di jalanan hilang pelan-pelan. Angka pengangguran meningkat. Perhaps. :|" ~ Semalam sehabis menghadiri sebuah acara, saya pulang diantar teman menggunakan motor. Lalu di tengah jalan, teman saya merasa ban motor yang kita tumpangi bocor. Malam itu hampir pukul 11. Beruntung, kita masih menemukan tukang tambal ban yang masih buka, jadi tak perlu mencari taksi atau memaksa pulang dengan ban motor bocor, atau lebih parah lagi, mendorong motor sampai rumah. Setengah jam bapak tukang tambal itu mengerjakan tugasnya. Coba tebak berapa imbalan yang harus kita bayar untuk setengah jam yang ia kerjakan? 8000 rupiah! Dan sekarang coba bayangkan kamu yang kena musibah ban bocor di tengah jalan antah berantah, tidak tahu ada tukang tambal ban bocor ada di mana, harus menyiapkan alat-alat ini: 1. Pembuka ban/obeng