Setiap
Minggu pagi sampai kira-kira pukul 11 siang, sepanjang Jalan Dago Bandung
ditutup untuk area Car Free Day. Area ini awalnya diperuntukkan bagi masyarakat
yang ingin berolah raga. Namun pada perkembangannya, selain masyarakat yang
hendak berolah raga; bersepeda, main roller blade, atau sekedar jalan kaki,
area ini juga dipenuhi oleh masyarakat yang berjualan makanan, minuman, baju,
dan lain-lain.
Selain itu, berbagai komunitas yang ada di Bandung juga
seringkali memanfaatkan keramaian area CFD untuk memperkenalkan komunitasnya
dengan program-programnya yang akan mereka jalankan.
Seringkali
saya merasa area CFD ini adalah miniatur dari Kota Bandung secara keseluruhan.
Yang kamu temui di area CFD, adalah bagian dari berbagai macam hal yang lebih
besar yang menjadi isi Kota Bandung.
Ada
satu bagian jalan dalam area CFD dimana di situ saya selalu sengaja berhenti
sejenak dari jalan-jalan pagi. Untuk apa? Untuk menyimak kelompok anak jalanan yang
biasanya membawakan performa berbeda-beda setiap minggunya. Biasanya mereka
membawakan beberapa lagu, lagu daerah atau lagu-lagu dari band yang sedang hits
di radio atau televisi, dengan alat musik seadanya dilengkapi dengan koreografi
sederhana. Anak-anak perempuan menari dan anak-anak laki-laki memainkan anak
musik sambil bernyanyi mengiringi tarian.
Minggu,
25 Agustus 2013 kemarin, anak-anak jalanan ini kembali tampil di hadapan
pengunjung CFD. Kali ini membawakan tema Kemerdekaan Republik Indonesia.
Rupanya adik-adik ini mengingat hari kemerdekaan dari negaranya dan berusaha
memperingati dengan cara mereka.
Lagu-lagu
daerah mereka bawakan. Anak-anak perempuan menari dengan kostum sedikit
istimewa, semua menggunakan sarung agar terlihat kompak.
Beberapa
pesan tentang Hari Kemerdekaan, berusaha mereka sampaikan lewat tulisan -
tulisan dalam kotak kardus sumbangan.
Saya
malah tertarik dengan tingkah dua anak laki-laki dalam kelompok anak jalanan
ini, yang sengaja mengambil tempat terpisah dengan kelompok anak laki - laki
lainnya yang memainkan alat musik. Dua anak ini, mengambil tempat di sebelah
para penari. Satu orang memegang gitar, satu lagi memegang tongkat berbendera
merah putih lusuh. Dua anak ini bertingkah polos layaknya anak kecil,
bermain-main dengan benda yang dipegangnya masing-masing. Membuat saya gemas.
CFD Dago, 25 Agustus 2013 |
Lalu
saya tertawa melihat tingkah dua anak ini, ketika mereka berlindung di balik
bendera merah putih lusuh itu karena kepanasan.
Saya tiba-tiba membayangkan, bendera lusuh itu sebagai Ibu Pertiwi yang kian tua, memasuki
usia 68, susah payah membujuk dua anaknya yang merengek minta disekolahkan.
Oh lihat ibu
pertiwi
Sedang bersusah
hati
Air matanya
berlinang
Mas intannya
terkenang
Hutan gunung sawah
lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang
lara
Merintih dan berdoa
Semoga negara ini masih mengingat amanat pasal
34 UUD 1945. Semoga masih banyak warganya yang memiliki niat membantu menghilangkan
fakir miskin dan anak-anak terlantar, dalam arti menghapuskan pelabelan. Menghilangkan
cap fakir miskin dengan upaya kesetaraan ekonomi dan menghapuskan cap anak-anak
terlantar melalui keterbukaan akses pendidikan.
Utopis? Ah, tidak. Saya rasa hanya semudah ini
: lakukan saja terus apa yang telah kita lakukan, kerjakan saja terus apa yang
telah menjadi pekerjaan kita dengan antusias, ditambah sedikit kepedulian.
Seperti kata penulis buku Rene Suhardono, ‘embrace
your passion, live a life of action, build our nation!’
Oh lihat ibu
pertiwi
Kami datang
berbakti
Lihatlah putra
putrimu
Menggembirakan ibu
Ibu kami tetap
cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta
pusaka
Untuk nusa dan
bangsa
Bagaimana
caramu memperingati Hari Kemerdekaan RI tahun ini? Sssttt.. bendera merah putih di
depan rumahmu masih ada? Atau jangan-jangan kemarin lupa dipasang.
…
Ah,
yang penting kita tidak lupa, untuk Indonesia kita ada. :)
Comments