Skip to main content

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya.


Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut.

Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' dalam menginterpretasi sebuah karya. Semuanya adalah tentang rasa dan pengalaman si interpreter itu sendiri. Diungkapkan atau tidak, pasti setiap kita mempunyai interpretasi versi masing - masing terhadap karya yang pernah atau tengah kita nikmati. Tidak ada yang bisa mencegah orang berpersepsi.

Saya pernah bertanya pada teman saya yang kebetulan bekerja di agensi, "Apresiasi terbesar dari karya - karya kamu apa sih? Selain rupiah dan prestasi." Dia jawab, "Ada sih. Kemarin bikin iklan yang kliennya bener - bener gak ngerti iklan. Awalnya minta ditambal-sulam gambar dari google. Duh perih. Aku maksain gak mau. Aku bikin versi aku sendiri. Akhirnya final. Terbit. Terus dipuji sama klien lain. Seneng aja, bikin orang yang gak ngerti jadi ngerti. Udah."


Kalau saya sendiri, saya pernah membuat sebuah cerita pendek, lalu ada teman yang tetiba mengaku membaca tulisan saya sampai beberapa kali dan menangis. Teman saya itu lalu berjanji akan menjadi orang yang lebih baik lagi. Sesederhana itu sih. Tapi luar biasa buat saya.


Baiklah, intro tulisan-nya terlalu panjang.

30 Oktober 2014 lalu, di sebuah acara bertajuk Alas Labirin, Sarasvati memperkenalkan single terbaru milik mereka, Karam. Lirik berbahasa Indonesia yang puitis khas tulisan Risa Saraswati, dan suara angelic-nya yang beradu dengan piano nada - nada minor dan sayatan biola, lagu ini terdengar pas menceritakan seorang perempuan yang ditinggal kekasihnya. Sendu dan lara. Saya suka! Single Karam sendiri saat ini bisa didownload di iTunes, Google Play, streaming di Deezer, Spotify, Rdio, Shazam dan yang lainnya.
Tenggelam dalam tangis
Sakit yang terus menghujam
Akan datang rasa lelah
Namun entah kapan

Serpihan masa lalu
Menari kau disana
Enggan untuk melupakan
Rangkaian cerita

Kelak warna langit berubah jingga
  Kelak suara hati berkata benar
  Bayanganmu terlupakan
  Kisah kita tak terdengar

Huu...uuuu...uuuu
Karam dihantam gelombang
Bahtera terberai sudah
Kapan ku tiba di sana
Waktu tak mampu berlari

Haaa..... aaaaaa......aaaaaa

Penggalan cerita lalu
tlah terkubur dalam


Kemudian beberapa waktu setelah itu, saya melihat artwork ini. 


Entah kenapa saya sangat jatuh cinta pada gambar ini. Kemudian saya mencari tahu siapa pembuatnya, dan dia ternyata adalah Roby Dwi Antono, seorang seniman yang berasal dari Kota Jogja. Entah apa pula yang ada di pikiran Roby saat menerjemahkan lagu Karam ke dalam gambar seperti ini. Ada astronot di sana, ada planet Saturnus, ada seperti bunga Calla lily, bunga yang indah tapi beracun, di tangan objek yang kecil. Lalu mengapa telinga objek yang besar berbentuk seperti elf di TLOTR atau Star Wars? Saat melihat gambar ini, saya sungguh asik dengan kepala saya sendiri. Saya sebenarnya ingin, namun memilih tidak banyak bertanya ketika menikmati sebuah karya. Saya senang bermain - main dengan kepala sendiri, dengan interpretasi saya sendiri.


Sekali lagi saya terbengong - bengong betapa sebuah lagu yang sudah indah bisa dilengkapi dengan karya visual yang juga sebegini indahnya. Sebuah kolaborasi yang indah, bukan?


Risa Saraswati sendiri bersama band-nya, Sarasvati, adalah seniman - seniman yang penuh kejutan. Sekarang saya tidak sabar, apa lagi yang akan disuguhkan oleh Sarasvati nanti. Terus berkarya, terus berdaya!

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi