Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2011

Aku tak mau berhenti sekarang, Tuhan

Boy selalu menghabiskan sorenya sendirian di atas genteng rumah, memandangi langit. Langit telah menjadi tempat curahan hati Boy yang paling setia selama ini. Boy jatuh cinta pada langit. Langit selalu mendengar tanpa pernah mengeluh bosan, begitu menurut Boy. Pukul 4.20 sore. Waktunya Boy menemui langit untuk menceritakan harinya. Tapi kali ini tidak. Boy sedang ingin berada di lapangan futsal bersama teman – temannya. Boy tidak peduli ia baru saja menjalani operasi akibat kecelakaan motor yang dialaminya. Ia merasa sehat saat itu. Dan rasanya cukup mampu untuk mencetak beberapa gol ke gawang lawan. Boy mencari sepatu futsalnya. Di kamar, di rak sepatu, di sekeliling rumah. Rasanya sudah setiap sudut rumah ia datangi, tapi sepatu futsal kesayangannya itu tak juga ia temukan. “SIALAN!!!” Boy berteriak di tengah rumah yang kosong. Semangatnya untuk futsal bersama teman – temannya telah hilang. Ia lunglai. Namun ia tahu ada yang selalu setia menunggunya di atas sana, di ge

Ksatria Galih

Aku masih memandangi jendela di kamarku. Hujan tak mau berhenti di luar sana. Langit seperti ingin menemaniku menangis sepanjang malam ini. Hatiku dingin dan kelu seperti udara di luar sana. Petir sesekali menyambar membuatku tetap terjaga dari lamunan. Aku mencium lekat aroma penyesalan dalam ruangan kamar ini. *** Aku memliliki orang tua yang lengkap, Ibu dan Ayah yang mencintaiku. Aku bersekolah di SD favorit dan cukup berprestasi. Ibuku seorang pengajar. Beliau selalu memberiku les tambahan di rumah. Sampai sekarang aku selalu bangga dengan diriku sendiri jika mengenang betapa lancar aku membaca padahal saat itu usiaku baru 4 tahun. Semua itu berkat Ibuku yang hebat. Ayahku juga hebat. Ia seorang karyawan di sebuah perusahaan. Ia baik, pekerja keras dan selalu menyempatkan utnuk bermain – main denganku sepulang kerja. Aku sering digendongnya di atas punggung. Kami tertawa – tawa hingga lelah. Kami tinggal di ssebuah rumah sederhana yang terletak di dalam sebuah komp

3 hati yang bimbang

Namaku Nira. Aku bekerja di sebuah cafe yang cukup terkenal di Bandung ini, sebagai kasir. Aku punya pacar, namanya Ryan. Dia bekerja di sebuah restoran fast food , juga di Bandung. Aku sayang padanya. Dia baik dan perhatian padaku. Dia adalah semangat hidupku. Kami tak pernah bertengkar serius selama berpacaran. Aku dan Ryan sudah berpacaran selama hampir 4 tahun semenjak kami sama – sama duduk di bangku kelas 1 SMU. Aku berbeda sekolah dengan Ryan. Aku tak bisa memantaunya sepanjang hari. Tapi aku percaya pada Ryan, walaupun tak jarang aku dengar banyak omongan miring tentang dirinya. “Ra, kemarin gua liat Ryan bonceng cewek tuh!” “Ra, kemarin gua ketemu Ryan di mall bareng cewek” Dan banyak lagi laporan – laporan yang tak enak terdengar di kuping ini dari teman – temanku tentang Ryan. Aku tak peduli. Karena aku hanya ingin mendengarkan Ryan. Dia selalu bisa meyakinkan aku jika ditanyai mengenai gosip – gosip tentang dirinya. Aku percaya pada Ryan. Sampai ak