Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2015

Kotak hadiah pertemanan di sudut kota Bandung

Saya tidak mendapatkan ide untuk tulisan ini hingga saya keluar dari rumah dan bepergian dengan kereta api. Ide ini, saya tidak pernah bosan menuliskannya. Saya menyukainya, dan ingin menuliskannya kembali untuk tema terakhir #30HariKotakuBercerita. --  Saya senang menganalogikan sebuah perjalanan hidup yang telah, tengah, dan akan dilewati seperti sebuah perjalanan kereta api. Iya, jalan hidup itu kadang ibarat rel kereta api. Kereta itu sendiri ibarat alat yang kita gunakan, yang akan membawa kita menuju kepada cita-cita, impian, dan tujuan kita masing-masing. Ada kalanya kita harus berhenti di sebuah stasiun pemberhentian. Beberapa orang yang telah bersama kita dalam kereta, akan turun meninggalkan kita demi tujuannya sendiri. Dan beberapa orang baru akan naik, menggunakan kereta yang sama dengan kita, untuk mengejar tujuannya yang lain, yang kini sama dengan kita. Stasiun pemberhentian itu ibarat sekolah, kampus, kantor, panggung pertunjukan, studio musik, acara t

Bahagia tanpa syarat di Bandung

Warga Kota Bandung Bahagia. Setidaknya kalimat ini pernah menjadi headline di Harian Umum Pikiran Rakyat, awal tahun ini. Tepat di hari jadi Kota Bandung ke-205, 25 September 2015 kemarin pun, Walikota Bandung Ridwan Kamil dalam tweetnya menuliskan, "Selamat Hari Jadi Kota Bandung Ke-205. Kota yang terbuat dari kebahagiaan. #205BDG Mangprang!" Kota yang terbuat dari kebahagiaan. Benarkah? Tentu saja hasil survey dan komentar Ridwan Kamil itu berdasarkan metoda dan pengamatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Saya tidak ingin mengonfirmasi. Sepenuhnya, saya setuju. Kebahagiaan erat kaitannya dengan bersenang-senang. Bersenang-senang atau berbahagia adalah kebutuhan setiap orang. Banyak cara yang dilakukan orang untuk merasa bahagia. Salah satunya, mengunjungi kota favorit mereka untuk berwisata. Bandung, kota yang menduduki peringkat ke-21 sebagai salah satu kota favorit wisatawan di dunia dan terfavorit ke-4 di Asia setelah Seoul, Mumbai, dan Bangkok, menurut hasil

Botram, yuk!

Lain lubuk lain ilalang, lain penduduk lain pula tempat mereka pulang. Bandung, kota yang saya tinggali sejak lahir ini menyimpan sebagian besar momen dalam hidup saya. Jika saya tarik ingatan ke waktu-waktu yang telah lalu, rasanya banyak momen saya 'rayakan' dengan makan. Entah itu momen menyenangkan atau sebaliknya, makanan pasti dengan sukses membantu saya melaluinya. Ketika saya kecil, saat saya berulang tahun, saat saya mendapat ranking bagus di kelas, atau pada momen-momen yang cukup menyenangkan lainnya, mama sering membuatkan nasi tumpeng. Kalau tidak membuat tumpeng, paling tidak mama membuat satu hari itu sedikit spesial dengan memasak masakan kesukaan saya. Intinya sih bersyukur. Dan mama senang menunjukkan syukur dengan memasak makanan enak. Saat liburan kenaikan kelas, libur hari raya, atau libur tahun baru, keluarga besar saya juga sering sengaja memanfaatkan momen tersebut dengan makan. Lagi-lagi makan. Tentu saja. Keluarga saya termasuk kelu

Karena manusia lebih mulia dari mereka

Di dunia ini, ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan dengan nalar, seperti kisah-kisah tentang "mereka" yang berada di dunia lain, yang justru kerap bersinggungan dengan kita. Entah sudah berapa banyak kisah dari dunia lain yang saya dengar. Mulai dari kisah yang disampaikan orang tua ketika saya masih kecil, dengan maksud untuk menakut-nakuti agar saya menurut. Hingga kisah-kisah yang dialami dan dituturkan secara langsung oleh teman-teman di sekeliling saya ketika saya telah dewasa. Termasuk juga kisah-kisah urban legend yang tetap hidup di tengah masyarakat melalui cerita dari satu telinga ke telinga lain hingga akhirnya sampai ke telinga saya. Ditambah lagi, dengan kisah-kisah yang disiarkan oleh salah satu stasiun radio anak muda di Bandung dalam satu program siarannya. Kisah-kisah tersebut dikirim oleh pendengar radio dan diceritakan kembali dengan apik dalam program siaran itu. Ketika saya mengetikkan apik, maksud saya adalah penyiar bercerita dengan ba

Berdayakan kecintaan pada seni di Dago Pojok

Sebagai sebuah kota besar, sudah tentu banyak peluang untuk mencari nafkah di Kota Bandung. Dengan banyaknya peluang mencari nafkah, pada akhirnya akan ditemui beragam profesi yang bermunculan dan berkembang di kota ini. Mulai dari profesi yang sudah banyak dikenal orang, hingga profesi yang unik dan jarang dijalani. Melalui tulisan ini, saya ingin bercerita tentang dua orang Bandung yang belum lama saya temui, yang mendapatkan nafkah dari kecintaannya pada seni. Pada satu akhir pekan di bulan lalu, seorang teman dari luar kota berkunjung ke Bandung. Sebagai tuan rumah, tentu saya harus siap jadi guide. Teman saya itu request destinasi wisata tradisional di Bandung. Mungkin dia sudah bosan dengan hal-hal yang terlalu modern. Nah, sebagai orang Bandung, saya seharusnya tahu di daerah mana destinasi seperti itu ada di Bandung. Akhirnya, setelah tanya sana-sini, saya menemukan satu destinasi wisata traditional di Bandung; Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok. Jujur, saya pun baru perta

Cilok, panggupay rasa urang Bandung

Menyusul predikat sebagai Kota Kembang, Kota Pendidikan, Kota Fashion, belakangan Bandung disebut-sebut juga sebagai Kota Kuliner karena saking banyaknya tempat makan baru bermunculan di Bandung. Kreativitas orang Bandung memang tidak dapat diragukan, termasuk di industri kuliner. Saya sendiri bingung dengan munculnya banyak tempat makan baru sekaligus menu-menunya yang unik. Bingung karena rasanya ingin mencoba semua. Kota Bandung juga cukup sering menggelar festival makanan, tempat di mana warga Bandung bisa mencicipi beragam produk makanan terbaru unggulan para penggiat usaha kuliner. Contohnya  Festival Keuken  dan yang tahun lalu digagas oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil : Bandung Culinary Night. Culinary Night digelar di setiap kecamatan di Bandung di malam minggu, paling tidak 2 minggu sekali. Pada saat Culinary Night, setiap kecamatan ini diubah menjadi semacam food district. Dari pertama kali diadakan sampai sekarang, event ini cukup berhasil menjadi daya tarik wisata baru

Wilujeng sumping di pasar seni dan antik Cikapundung

Awal ceritanya begini, dulu untuk urusan pekerjaan, saya diminta datang ke satu cafe di Jalan Braga, Bandung. Entah kenapa, saat itu saya merasa seperti akan datang dan datang lagi ke tempat itu. Saya ingat, kali pertama saya datang, saya betah dengan playlist yang diputar di tempat itu. Kali kedua, saya mengajak teman saya. Pada kali kedua, pada saat saya punya kesempatan untuk lebih memperhatikan interior cafe itu secara detail, saya semakin jatuh cinta pada tempat itu. Interiornya sangat Bandung. Sangat tempo dulu. Bayangkan, di dinding cafe, terdapat lukisan bangunan-bangunan bersejarah di Jalan Braga. Dipajang juga, potret pemimpin-pemimpin Bandung dari waktu ke waktu. Serta pernak-pernik jadul seperti mesin tik manual, televisi hitam putih, poster film-film Indonesia yang tayang jaman dulu, sampai kaleng bekas margarin yang saat ini sudah tidak lagi diproduksi. Lalu pertanyaannya, dari mana desainer interior cafe itu mendapatkan semua barang yang ia butuhkan? Bandung pu

Omnispace, alternative space based from Bandung

Sejak 2004, UNESCO telah menetapkan 69 kota di dunia sebagai jejaring kota kreatif UNESCO, yang terbagi dalam tujuh tema atau kategori yaitu Craft and Folks Art, Design, Film, Gastronomy, Literature, Media Arts, dan Music. Dan 2013 lalu, oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu, Kota Bandung bersama 3 kota lainnya yaitu Yogya, Solo, dan Pekalongan, diajukan sebagai Kota Kretif UNESCO. Kota bandung sendiri diajukan sebagai kota kreatif dari sektor desain. Meski akhirnya masih tersisih, karena yang berhasil ditetapkan dalam Jaringan Kota Kreatif UNESCO 2014 lalu adalah Kota Pekalongan dari sektor Craft and Folks Art. Namun tentu saja, Bandung akan tetap hidup, bertumbuh dan berkembang menjadi kota yang semakin kreatif. Banyak yang bilang, dunia ini milik orang-orang kreatif. Dan kabar baiknya, semua orang bisa kreatif, asalkan mendapat lingkungan dan stimulus yang tepat. Karena pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang kreatif dan berdaya. Energi seorang kreatif bisa meng

Bandung, kota yang asik untuk jatuh cinta

Saat mengetahui tentang proyek baru dari @poscinta ini, saya langsung tertarik. Karena apa? Tentu karena akan sangat seru rasanya menulis seputar Bandung saat kota tempat tinggal saya sejak lahir ini bersiap menyambut ulang tahunnya yang ke 205 pada 25 September 2015 nanti. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandung menjanjikan akan ada banyak keseruan dalam rangka menyambut HUT Bandung ke 205 nanti, diantaranya Festival Fashion, Festival Kuliner, Festival Kebudayaan dan Light Festival. Jadi mengapa kita tidak ikut bersenang-senang mulai dari sekarang? Untuk entri pertama, saya harus menulis dengan tema "Ikon Kota". Wah. Sebagai kota yang besar, rasanya tidak sulit untuk menemukan ikon kota Bandung ini. Hampir segala yang saya lihat di penjuru kota ini bisa menjadi ikon karena kekhasan dan cerita di baliknya. Sudah banyak pula buku yang membahas Kota Bandung, salah satunya buku 200 Ikon Kota Bandung ini. Jadi yang sulit sekarang adalah, menentukan ikon mana yang akan s