Skip to main content

Bahagia tanpa syarat di Bandung



Warga Kota Bandung Bahagia. Setidaknya kalimat ini pernah menjadi headline di Harian Umum Pikiran Rakyat, awal tahun ini. Tepat di hari jadi Kota Bandung ke-205, 25 September 2015 kemarin pun, Walikota Bandung Ridwan Kamil dalam tweetnya menuliskan, "Selamat Hari Jadi Kota Bandung Ke-205. Kota yang terbuat dari kebahagiaan. #205BDG Mangprang!"

Kota yang terbuat dari kebahagiaan. Benarkah? Tentu saja hasil survey dan komentar Ridwan Kamil itu berdasarkan metoda dan pengamatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Saya tidak ingin mengonfirmasi. Sepenuhnya, saya setuju.

Kebahagiaan erat kaitannya dengan bersenang-senang. Bersenang-senang atau berbahagia adalah kebutuhan setiap orang. Banyak cara yang dilakukan orang untuk merasa bahagia. Salah satunya, mengunjungi kota favorit mereka untuk berwisata.

Bandung, kota yang menduduki peringkat ke-21 sebagai salah satu kota favorit wisatawan di dunia dan terfavorit ke-4 di Asia setelah Seoul, Mumbai, dan Bangkok, menurut hasil survei online Facebook, akan sangat ramai di waktu akhir pekan ataupun di musim liburan.
  
Lalu sebagai warga asli Bandung, apakah saya juga masih bisa merasakan berlibur di kota sendiri? Jawabannya adalah IYA. Suatu hari, salah seorang teman berkomentar, "Thing I love the most about Bandung : bisa jadi turis di kota kelahiran sendiri." Dan saya tidak bisa lebih setuju lagi dari ini.

Berlibur atau berwisata sebetulnya adalah tentang menikmati waktumu sendiri atau bersama orang-orang yang kamu cintai. Sebagai perayaan atas hidup atau imbalan atas kerja keras yang telah dilakukan. Jangan memikirkan hal-hal yang rumit. Kamu yang paling tahu diri kamu sendiri, imbalan apa yang paling pantas dan yang paling kamu inginkan, atas kerja keras yang sudah kamu lakukan.
  
Kalau saya sih, dari sekian banyak hal yang bisa dilakukan untuk berwisata di kota sendiri, saya seringkali me-'reward' diri saya di antaranya dengan wisata gigs, buku, ngopi, makanan, jalan-jalan, dan berselelancar di internet.

Wisata Gigs. - Suatu waktu, saya pernah ditanya oleh seorang saudara saat mau pergi nonton konser, "Kamu sudah pernah nonton band ini kan? Terus ngapain masih nonton lagi dan nonton terus?" Saya belum menemukan jawaban untuk pertanyaan satu ini. Yang jelas, setiap kali ada di kerumunan penonton, saya suka. Itu saja. Teman-teman saya sering menggunakan istilah euforia seeker untuk ini. Dan Bandung, adalah kota yang cukup bahkan sangat sering menggelar konser. Tahun ini, saya senang punya kesempatan untuk nonton konser atau gigs band kesayangan seperti Frau, Stars and Rabbit, Barasuara, dan White Shoes and The Couples Company di Bandung.
  
Wisata Buku. - Meski senang berada di kerumunan orang, saya juga seorang yang meditatif. Dan membaca adalah kegiatan meditasi yang paling menyenangkan buat saya. Karena itu, sepertinya saya masih dan akan terus membeli buku. Jika tidak membeli, saya suka meminjam buku-buku yang ingin saya baca di perpustakaan favorit saya di bandung, Pitimoss. Lokasinya berada di Jl. Banda No. 12-s. Selain perpustakaan, Bandung juga memiliki banyak cafe buku, seperi Kineruku, Zoe, Reading Lights, dan Little Wings.

Wisata Ngopi. - Saya pernah tertampar ketika seorang teman nyeletuk, "Ngapain sih ngabisin puluhan ribu untuk ngopi, mending bikin sendiri di rumah. Murah." Emh. Sepakat. Saya sering bikin kopi di rumah. Tapi kadang juga ini bukan hanya tentang segelas kopi. Kadang ini tentang menghabiskan waktu bersama teman di luar rumah. Sesederhana itu sih. Dan kadang, ide-ide juga sering muncul dari obrolan di atas kopi. Tempat ngopi yang asik di Bandung? Googling aja lah ya, ga usah manja. Hehe.
  
Wisata Makan dan Jalan-Jalan. - Dari lahir tinggal di Bandung, tapi jujur kalau ditanya "Khatam banget jalan-jalan di Bandung?" Nggak. Selalu ada ruas jalan baru yang saya belum tahu. Banyak. Dan kadang saya temukan saat menggunakan transportasi publik semacam bus Damri. As you know, saya senang tersesat. Saya senang berjalan kaki tanpa tujuan. Sama senangnya dengan saat saya menggunakan transportasi publik dengan rute yang belum pernah saya tumpangi, dan menebak-nebak di mana saya akan berhenti. Coba makanan baru, jalan - jalan ke tempat baru, rasakan dan pelajari hal - hal baru, dan kamu tidak akan pernah beranjak tua setiap harinya. Beruntung, Bandung adalah kota yang paling menyenangkan untuk "tersesat".

Wisata WIFI. - Hahaha. Sudah jelas buat informasi sih ini. Meng-upgrade diri dengan informasi yang kita butuhkan tetap penting. Bandung, punya banyak taman tematik terbuka yang dilengkapi dengan fasilitas WIFI. Nuhun, Kang Emil!

Tapi kadang-kadang, saya merasa tidak memerlukan itu semua kok untuk berbahagia. Bahagia mah ya bahagia aja. Mau di Bandung, Bangkok, atau Amerika. Mau ada WIFI atau tidak. Mau ngopi atau ngeteh. Bahagia mah ya bahagia aja.

Yang terpenting itu, di manapun, apalagi kalau di Bandung kamu menghabiskan waktu liburanmu, plis ini mah.. Jangan buang sampah sembarangan, euy! :D Perlakukan Kota Bandung seperti rumahmu sendiri. Jaga fasilitas yang sudah dibangun dan taati peraturannya. Keep our Bandung beautiful.
___

“Happiness cannot come from without. It must come from within. It is not what we see and touch or that which others do for us which makes us happy; it is that which we think and feel and do, first for the other fellow and then for ourselves.” – Helen Keller

Comments

. said…
Wah, tulisan ini bisa jadi referensi buat yang mau ke Bandung, nih! Ada wisata WiFi jugak! :))
Ahahahak. Banyaaaak. Wifi gratis hampir di setiap taman dan mesjid tertentu. XP

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi