Skip to main content

Karena manusia lebih mulia dari mereka

Di dunia ini, ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan dengan nalar, seperti kisah-kisah tentang "mereka" yang berada di dunia lain, yang justru kerap bersinggungan dengan kita.

Entah sudah berapa banyak kisah dari dunia lain yang saya dengar. Mulai dari kisah yang disampaikan orang tua ketika saya masih kecil, dengan maksud untuk menakut-nakuti agar saya menurut. Hingga kisah-kisah yang dialami dan dituturkan secara langsung oleh teman-teman di sekeliling saya ketika saya telah dewasa.

Termasuk juga kisah-kisah urban legend yang tetap hidup di tengah masyarakat melalui cerita dari satu telinga ke telinga lain hingga akhirnya sampai ke telinga saya.

Ditambah lagi, dengan kisah-kisah yang disiarkan oleh salah satu stasiun radio anak muda di Bandung dalam satu program siarannya.

Kisah-kisah tersebut dikirim oleh pendengar radio dan diceritakan kembali dengan apik dalam program siaran itu. Ketika saya mengetikkan apik, maksud saya adalah penyiar bercerita dengan baik seolah ia merasakan juga ketakutan si empunya cerita saat kejadian berlangsung. Ditambah dengan efek-efek suara yang semakin menambah suasana tegang dan seram di ruang pendengar.

Program radio yang disiarkan setiap malam Jumat ini sangat populer di Bandung. Saya sendiri sudah mendengarkan sejak masih berada di bangku sekolah. Dulu, saya bersama teman-teman sekolah senang membahas kisah-kisah yang diceritakan dalam program siaran radio itu. Dari situ, saya jadi tahu, banyak ruas jalan atau bangunan angker di Bandung.

Lebih dari menguji keberanian dengan mendengarkan kisah seram di radio, saya hanya senang mendengarkan sebuah kisah. Lebih dari membuktikan bahwa saya tidak takut, saya hanya senang menyimak orang bercerita. Itu saja.

Lagipula, selalu ada sesuatu yang bisa diambil dari sebuah kisah.

Saya bukanlah orang yang sensitif apalagi mempunyai kelebihan untuk bisa merasakan keberadaan "mereka". Namun, beberapa teman di sekeliling saya, memiliki kelebihan itu. Saya ingin menceritakan kisah yang dialami teman saya yang tinggal di Bandung bagian timur, kurang lebih satu tahun yang lalu.
___

Satu tahun lalu sebelum memasuki bulan puasa, pembantu teman saya bercerita kalau Ujang, anak laki-lakinya, kerap disambangi seorang perempuan saat jam 1 dini hari. Perempuan itu datang untuk mengajak Ujang bermain Play Station. Teman saya bertanya setengah bercanda, "Cewek beneran, Mbak? Kakinya napak ga?" Pembantu teman saya menjawab, "Napak kok. Ceweknya cantik. Bajunya ga pernah ganti tapi wangi."

Lalu teman saya meminta untuk dipertemukan dengan perempuan itu. Beberapa hari kemudian, pembantu teman saya menyampaikan, Ambar, nama perempuan itu, juga bersedia untuk bertemu dengan teman saya.

Berangkatlah teman saya ke rumah pembantunya, ditemani oleh adik laki-lakinya. Teman saya baru sadar kemudian kalau malam itu adalah malam Jumat. Ayah teman saya sudah melarang teman saya untuk mengurusi hal-hal seperti ini. Tapi teman saya ini adalah teman yang kadang ngeyel, "Gapapa lah, Pa, ketemu doang. Aku kan anaknya kepo."

Setelah sampai di rumah pembantunya, sambil menunggu Ambar datang, teman saya bersama adik laki-lakinya duduk diam menonton Ujang bermain Play Station.

Setelah beberapa waktu menunggu, muncullah Ambar di depan pintu masuk. Sesaat, teman saya kaget melihat wujud Ambar. Namun kemudian mereka bersalaman dan berkenalan seperti biasa. Setelah itu, Ambar duduk dan mengambil posisi di pojok. Ia pun hanya menontoni Ujang bermain Play Station.

Teman saya mulai membuka obrolan dengan Ambar, "Mbak, ngapain sih cewek malem-malem main? Kan ga baik."

"Habis Ujangnya ngiket sih." Ambar menjawab tanpa mengangkat wajahnya.

Teman saya menyambar, "Ga akan bisa dikawinin kali. Kalian kan beda alam!" Mendengar itu, Ambar yang awalnya menunduk, sekarang mengangkat kepalanya. Ambar diam saja saat diberi tahu oleh teman saya agar tidak usah main lagi dengan Ujang.

"Yaudah saya pulang dulu ya. Tapi Ujangnya jangan ngiket saya." kata Ambar.

"Ngiket gimana sih?"

"Tanya aja sama Ujang."

Teman saya kemudian berusaha mengorek info dari Ujang, apa saja yang dilakukannya saat sebelum ia didatangi Ambar.

Ternyata, satu hari pada waktu Ashar, Ujang pernah diminta ibunya untuk mengambil daun pisang di kebun. Dan Ujang salah potong. Yang dia potong adalah pohon pisang yang biasanya ketika Magrib berubah menjadi pocong atau semacamnya. Nah kebetulan yang Ujang potong adalah bagian dari tangan Ambar. Untung saja, bonggol pisang tersebut masih ada di rumah Ujang.

Akhirnya, Ujang ditemani teman saya mengembalikan bonggol pisang itu ke kebun tempat dia dulu memotongnya. Di tempat itu, teman saya tidak melihat pohon pisang. Yang ada adalah Ambar, perempuan yang biasa main ke rumah Ujang.

Teman saya memperhatikan, kulit Ambar sudah seperti ranting pohon. Dan wujudnya.. Sebenarnya sama seperti ketika teman saya lihat pertama kali di pintu masuk rumah Ujang.. Wujudnya adalah nenek-nenek!

Si Nenek kemudian mengambil bonggol pisang yang dikembalikan Ujang, lalu ditempelkannya ke tangannya. Setelah melakukan itu, dia mengucapkan terima kasih pada teman saya.

Sementara teman saya dan Ujang, buru-buru kabur dan berharap nenek itu tidak akan kembali lagi ke rumah Ujang.
___

Ketika saya tanya teman saya, "Apa lo ga takut melakukan itu semua?" Teman saya menjawab, "Tidak. Karena kita manusia. Manusia lebih mulia dari mereka."

Comments

. said…
GABACAGABACAGABACAAAAAA.......

*langsung skip ke bagian komentar*
hihihihihii *kirim pocong*

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi