Skip to main content

Sebuah catatan kecil


Sebagai angkoters sejati, saya punya cara untuk bikin ngangkot tetep asik. Paling sering sih ngetweet. Kadang-kadang dengerin lagu lewat headphone. Kalau kebetulan jempol iseng, maka ngangkot kadang sambil dengerin lagu ditambah corat-coret nge-draft untuk postingan baru di blog saya.
Track playlist di handphone saya sampai di lagu Sunyaruri, lagu baru Sarasvati. Cocok lah dengan otak saya yang kebetulan isinya sedang 'Sarasvatī', band kesukaan, kesayangan, dan kegemaran.

Alhasil, saya jadi mengingat kepada setahun yang lalu, kira-kira bulan September-Oktober 2012, ketika kami tahu bahwa di bulan November 2012 akan ada momen launching buku Maddah dari Risa Saraswati plus album Mirror dari Sarasvati, dalam konser bertajuk Nishkala. Segala hiruk pikuk menjelang konser yang kami simak dan euforia menanti konser yang kami tunggu-tunggu membuat kami, saya dan teman-teman Sarasvamily, 'tak bisa diam'. Iya, teman-teman Sarasvamily memang kadang hiperaktif. :|

Kata orang, energi kreatif itu menular. Sarasvamily (bekerja sama dengan @nvgtrstore), memilih menyalurkan euforia menanti Nishkala dengan mengkreasi t-shirt baru untuk dipakai saat menonton Nishkala, dengan spesial bonus berupa booklet. Kehormatan buat saya, Key, founder nvgtrstore, meminta bantuan untuk menuliskan isi bookletnya kepada saya dan Neyna. Kami senang, karena saya dan Neyna memang Sarasvamīly dan sama-sama senang menulis.

Booklet itu, seperti judulnya "Sebuah Catatan Kecil", memang berisi rangkuman singkat saja tentang cerita-cerita Sarasvamily. Di dalamnya, kami berusaha merapikan ingatan kami tentang apa yang sudah Sarasvamīly alami selama menikmati panggung-panggung Sarasvatī sejak Juli 2010 hingga Agustus 2012.

Di Intimate Session, Agustus 2012, gigs terakhir sebelum Nishkala, Risa Saraswati menyampaikan pernyataan yang sempat membuat patah hati Sarasvamily, bahwa Mirror, album kedua Sarasvati akan menjadi album terakhir band ini.

Saya dan Neyna kebingungan menuliskan ending dari booklet yang saat itu sedang kami tulis. Akhirnya, kami menulis seperti ini:

Mungkin album kedua nanti adalah album terakhir Sarasvati. Mungkin nanti kami tidak bisa menonton konser Sarasvati bersama-sama lagi. Tapi bagi kami, Sarasvati akan selalu ada..
Kami, Sarasvamily, berjanji akan selalu bersaudara, sampai kapanpun..
Sampai bertemu kembali di momen berikutnya, Sarasvamily. Sampai jumpa di karya-karya selanjutnya, Sarasvati.
Yes we are happy family, and hope we'll still be.

November 2012, Nishkala-pun digelar. Saya pernah baca entah di mana, bahwa karya yang baik adalah karya yang mampu menginspirasi penikmatnya untuk turut menciptakan karya. Saya rasa, seperti itulah Mirror dan Maddah. Semakin didengar dan dibaca, Mirror dan Maddah ini semakin membuat imaginasi orang-orang menjadi-jadi.

Terbukti di Februari 2013, Sarasvati bersama team-nya yang luar biasa menggelar sebuah acara bertajuk Lengkah Maddah. Tak terkecuali kami, Sarasvamily, yang juga dibuat menjadi-menjadi imaginasinya oleh Mirror dan Maddah ini, kami pun berani-beraninya membuat sebuah gathering perdana Sarasvamily bertajuk "Sing You Along" pada Maret 2013.

Kembali lagi ke bahasan ending booklet yang saya tulis September-Oktober 2012 bersama Neyna.

Mungkin album kedua nanti adalah album terakhir Sarasvati. Mungkin nanti kami tidak bisa menonton konser Sarasvati bersama-sama lagi. Tapi bagi kami, Sarasvati akan selalu ada.. 

Hati kami yang sempat patah ternyata disambung kembali di acara gathering ini. Di SUA, Risa Saraswati meralat sendiri pernyataannya, "Sarasvati tidak jadi bubar." Mungkin saking kaget atau kelewat senang, Sarasvamily yang saat itu hadir hanya bisa melongo dan tidak berkata-kata.

Saya dan Neyna, seperti juga mungkin Sarasvamily yang lain, memang termasuk yang tidak percaya bahwa Sarasvati akan berhenti berkarya. Bubar bisa jadi. Tapi untuk berhenti berkarya, baik sendiri atau bersama-sama, rasanya tidak mungkin. Hehehe. Karenanya kami tuliskan seperti ini di booklet:

Sampai bertemu kembali di momen berikutnya, Sarasvamily. Sampai jumpa di karya-karya selanjutnya, Sarasvati.

Perjalanan berkarya memang tak pernah usai. Risa Saraswati juga pernah berkata, bahwa berkarya adalah sebuah panggilan jiwa.

Ada jawaban Risa Saraswati yang menarik atas pertanyaan wawancara tentang visi hari esok yang saya ambil dari pricepanda.co.id :

"Belum tahu, saya sih membiarkan saja segalanya berjalan tanpa terencana… terlalu banyak ambisi dan obsesi membuat hidup jadi tidak tenang. Doakan saja semoga panjang umur! yiha!"

Terdengar sangat enteng ya, tapi justru karena itulah saya mengagumi sosok Risa Saraswati. Terlihat enteng namun melahirkan karya-karya yang luar biasa. :’)

Dan lihatlah teman, apa yang terjadi sekarang? Baru saja November 2012 kita dibuat terpukau oleh Nishkala, oleh Mirror dan Maddah. Belum habis imajinasi kita meliar, mencicip, dan membayangkan setiap kata dan nada darinya. Dalam waktu yang kurang dari setahun, Risa Saraswati sudah merampungkan buku ketiganya, Sunyaruri. Risa berjanji bulan November atau Desember 2013 ini ia akan me-launching buku ketiganya itu bersamaan dengan EP terbaru dari Sarasvati, yang diberi judul sama, Sunyaruri.

Saya bersama teman-teman Sarasvamily senang, ternyata kami masih akan berjumpa dengan karya-karya baru di album ketiga Sarasvati. Kami senang, bahwa sampai saat ini Sarasvati masih ada.

Lantunan lagu Sunyaruri dari handphone saya kembali terdengar. Ah, ga sabar imaginasi ini kembali dibuat menjadi-jadi oleh buku dan EP Sunyaruri. :')

Comments

Anonymous said…
Saya bangga jadi bagian dari kalian. Bagian dari KELUARGA yang tidak pernah sedih ketika bersama. YES WE ARE HAPPY FAMILY, FAMS.. LOVE YOU :* :">
Anonymous said…
Terharu, bangga.. bahagia bisa menjadi bagian dari sarasvamily..

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi