Skip to main content

Siapa kamu dan apa misi kamu di bumi ini?




Maharani, 25 tahun, bekerja di salah satu perusahaan swasta. Perempuan menarik yang ramah, ceria dan hangat. Rani, begitu ia biasa dipanggil, menemukan seorang lelaki yang cocok dengannya di perusahaan tempat ia bekerja itu. Maka lelaki itupun menjadi pasangannya menjalani hari – hari bekerja penuh semangat. Tiga tahun sudah kebersamaannya dengan pria pujaannya itu dan masih saja Rani merasa pria yang berada di sampingnya itulah yang terbaik baginya. Sampai pada suatu hari yang tak pernah ia bayangkan, sang pujaan hati memutuskan kebersamaannya dengan Rani untuk sebuah alasan yang tak ia pahami. Rani tidak bisa memaksa untuk paham alasan kekasihnya memutuskan dia. Ia hanya mampu menerima keputusan itu. Maka berhari – hari tumpahlah air mata penyesalannya. Tiga tahun lewat sudah dan tak berarti apapun baginya. Dunia terasa menyempit. Ranipun sakit, merasa terhimpit.

Shahnaz, 17 tahun, siswi SMU yang cerdas, manis, meski tidak selalu juara satu namun ia pasti masuk rangking sepuluh besar di kelasnya. Shahnaz memiliki cita – cita yang tinggi sebagai Pengacara. Ketika lulus SMU, ia mengungkapkan keinginannya tersebut kepada orangtuanya. Namun sayang, orang tua Shahnaz merasa tidak akan mampu membantunya mewujudkan cita - citanya itu. Shahnazpun pedih, ia merasa dunianya telah berakhir. Cita – cita yang diidamkannya semenjak di bangku sekolah telah pupus.

Maharani dan Shahnaz kini merasa sedang berada di titik paling bawah dari hidupnya. Sambil tertatih mereka mencoba melanjutkan hidupnya. Rani mencoba meyakinkan dirinya bahwa kekasihnya dulu bukanlah jodoh yang dijanjikan Tuhan padanya. Dan di dalam perjalanan mewujudkan keyakinannya itu, Rani mendapatkan seorang pria lain, Ringgo, karyawan baru di perusahaannya, tengah memberikan perhatian lebih kepadanya. Fikiran Rani terbuka, bahwa masih ada pria lain yang mungkin saja bisa lebih baik dari kekasihnya yang dulu. Bahwa perpisahannya dengan kekasihnya dulu adalah pembuka jalan baginya menemukan jodohnya. Rani membuka hati pada pria baru di perusahaannya itu dan apa yang ia lakukan memberikan harapan baru bagi hidupnya. Rani kini ceria lagi, melangkahkan kaki ke kantornya, ringan dan semangat.

Sementara Shahnaz masih merasa yakin dengan cita – citanya. Ia ingin sekali berbuat sesuatu bagi hidupnya dan orang lain. Ia bermimpi dengan kemampuannya nanti ia mampu memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Namun saat ini Shahnaz harus memendam mimpinya itu. Ia belajar menjadi bijak terhadap kondisi ekonomi keluarganya. Setiap malam ia memohon kepada Tuhan agar diberi umur panjang dan kesempatan untuk mewujukan cita – citanya suatu hari nanti.

Pada perjalanan cita – citanya yang terputus, Shahnaz bertemu dengan Fitri, seorang pemilik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang biasa ia panggil Bunda. Shahnaz merasa Fitri-lah yang menjaga semangatnya tetap menyala. Semangat untuk menggapai citanya. Bunda Fitri selalu berkata, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sejauh kamu memimpikannya, sejauh itu pulalah Tuhan mengizinkannya terjadi. Hanya mungkin waktu yang tepat bukanlah saat ini.

Seperti juga yang dirasa Shahnaz, Rani merasa kekasih barunya ini telah mengulurkan tangannya di saat ia sedang terpuruk dalam. Rani mampu berdiri lagi, karena Ringgo. Rani menerima cintanya dan berkomitmen dengannya untuk menjalin sebuah hubungan yang serius. Sementara Shahnaz mengikuti saran Fitri untuk mulai mengumpulkan uang demi kuliah hukum idamannya. Shahnazpun akhirnya bekerja pada sebuah perusahaan yang lumayan besar dan menjalani hari – hari bekerjanya dengan bekal petuah dari sang Bunda Fitri. Bahwa ia harus selalu menjadi yang terbaik dimanapun dan kapanpun. “Jangan mau hanya menjadi pecundang!”, begitu kata Fitri. Maka terpahatlah kuat kalimat tersebut di kepala Shahnaz. Setiap kali ia melangkah dan melakukan sesuatu, kalimat sakti itu harus menjadi titik tolaknya.

Shahnaz akhirnya menjadi manusia yang dipenuhi obsesi untuk terus menambah kualitas baik bagi dirinya. Fitri bangga padanya. Shahnaz sangat menjunjung tinggi pendidikan. Ia yakin hanya orang berpendidikanlah yang mampu menggapai kehidupan yang berkualitas.

Suatu hari Fitri meyakinkan Shahnaz, “Kamu melakukan ini semua bukan sekedar demi mendapat selembar ijazah, ‘kan?”

“Tentu saja bukan, Bunda!”, Shahnaz protes.

“Lebih dari itu, Bun. Ilmu hukum harus saya kuasai demi mengejar legenda pribadi saya. My private legend, telah ada semenjak bumi gulita. Kemudian memiliki jiwa dan membisikkan inspirasi serta naluri hak asasi lewat kata – kata indah berbunyi dedikasi tinggi, keberanian, pembelaan, dan kecerdasan.” Bunda tersenyum melihat sahabat kecilnya itu terbuai oleh isi buku yang ia hadiahkan beberapa hari lalu.

Kekasih baru Rani dan sahabat inspiratif Shahnaz adalah pahlawan bagi masing - masing. Pertemuan Rani dan Shahnaz dengan pahlawan mereka dirasa sebagai turning point dalam hidup mereka. Rani dan Shahnaz memulai hidup baru yang berbeda dengan hidup mereka yang lama. Dalam hidup barunya ini mereka punya kesadaran baru akan diri masing – masing.

Siapa kamu dan apa misi kamu di bumi ini?

Rani dan Shahnaz kini hidup untuk sebuah goal yang mereka tahui pasti. Rani telah yakin bahwa kekasih barunya inilah jodoh hadiah dari Tuhan. Ia berniat menjalani sebuah pernikahan dengannya. Dan Bunda tidak pernah tahu, bahwa sebenarnya Shahnaz sangat ingin membuka LBH seperti yang dilakukan Bundanya.

‘Private Legend’, dia hidup dalam diri setiap manusia. Sebuah inspirasi dari Paulo Coelho dalam bukunya ‘Sang Alkemis’. Buku yang dihadiahkan Bunda Fitri untuk Shahnaz, telah mempengaruhi sahabat kecilnya itu sangat dalam. Shahnaz tak pernah tahu bahwa Bunda Fitri seringkali merasa terharu sekaligus bangga dengannya. Bunda Fitri menganggap Shahnaz adalah salah satu di bumi yang masih menjalani mimpinya. Shahnaz sadar apa yang dia mau. Shahnaz sadar private legend-nya dan terus berusaha untuk memenuhinya.

Satu hal yang tak pernah disadari Ringgo dan juga Bunda Fitri, bahwa mereka telah menjadi orang – orang hebat. Dari sekian banyak orang yang ada di sekeliling Rani dan Shanaz, Ringgo dan Fitri telah menjadi pahlawan bagi masing – masing. Ringgo dan Fitri telah menginspirasikan hal – hal hebat ke dalam diri Rani dan Shanaz sampai – sampai mereka percaya bahwa Ringgo dan Fitri adalah malaikat penolong bagi masing - masing.

Yang mungkin tidak dipercayai oleh Rani dan Shahnaz, bahwa ada seorang pahlawan sejati yang paling berjasa dalam kebangkitan mereka melebihi orang yang telah mereka anggap pahlawan. Mereka adalah pahlawan yang hidup dalam diri masing – masing. Mereka adalah Maharani dan Shahnaz. Yup! Rani dan Shahnaz adalah pahlawan bagi diri mereka masing – masing. Mereka telah menolong diri mereka sendiri. Karena sesungguhnya tidak ada orang yang bisa membantu mereka bangkit selain diri mereka sendiri.

Ayo semangat, teman, bangunkan pahlawan kalian! [ barangkali ia sedang tertidur! Hihi..! ]


Cheers,

Syahwi!

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi