kau menilai benar dengan hati?
aku iya...
biarkan ia menjadi relatif
adil bukan?
kau tak bisa menghujat daya
menghabisi energi
melintang di gelombang
menggambar udara
atau menggagas identitas
benar...
adalah arah tak bertuah...
sinyal tak bermuasal...
suara tak bermedium...
hentak yang melesak serentak!
ayolah, kita bicara...
kabar hatiku?
ia sedang bercerita
dengan sastra naratif yang bijak
tak ada ancam merajam
traktak yang mengikat
gelagat yang menggugat
atau hukum yang akurat
ia mahfum atas cita-cita tuaku :
menjadi manusia bebas!
maka ia membebaskan
aku girang tak kepalang
lalu melenggang senang
aku mau berwisata pada hatimu
aku dengar tentang kerajaan kecil itu
tak selesai juga kau buat onar
rebahlah sebentar untuk mendengar
refleksi itu candu yang memukau
maka bercerminlah dengan imagimu
bujuk hatimu memeluk relung
mintakan ia tunduk pada mau
itulah benar...
tak pernah selesai kau kejar
seperti suara teriak yang melebar,
angin tak berujung layar,
jeda pada tangis, tawa, dan musik tak tersimak
kau paling tahu hatimu
bila ia masih terasa nanar
biarkan ia terlantar, sebentar...
terpapar dalam gusar...
aku sudah bicara dengan benar
Bandung, 16 April 2010
Comments