Skip to main content

Bangunkan aku pukul 7

Hanya kesialan demi kesialan yang aku rasa aku dapat dalam setiap hariku. Setelah kemarin patah hati karena Rangga, kecenganku dari SMU yang aku temui di kantornya ternyata sudah akan melamar seorang wanita, hari ini angkot yang kutumpangi menuju kampusku mogok di tengah jalan. Ya Tuhan! Ingin putus asa saja rasanya. Kenapa sulit sekali keberuntungan menghampiriku?

Aku mencari ojek. Apapun keadaannya nanti, aku tetap harus sampai di kampus.

Aku berhasil sampai di kampusku, namun pintu kelas sudah tertutup. Kuliah sudah dimulai. Peraturan kampusku, 10 menit mahasiswa terlambat, tak akan diijinkan masuk. Usaha mencari ojekku tadi sia-sia. Kesialan ke-dua.

Aku pasrah. Akhirnya aku hanya bisa mengisi waktuku dengan duduk-duduk di taman kampus dengan berbagai pertanyaan bodoh beterbangan di kepalaku. Apakah sebaiknya besok aku tidak usah bangun saja agar aku tidak perlu menghadapi kesialan-kesialan lainnya?

Aku memainkan handphone-ku. Melihat-lihat daftar kontak teman-teman yang kususun di sana. Iseng, kukirim pesan pada salah satu temanku.

"Aku mau tahu.. Apa yang bikin kamu ngerasa harus bangun, setiap pagi?"

Ia membalas.

"Karena banyak mimpi yang terlalu berharga buat gak diwujudkan, karena masih mau banggain dan bahagia-in orang tua."

Semangatku tertampar dengan jawaban sahabatku itu. Ah, selalu suka mengelilingi diri dengan sahabat-sahabat yang bersemangat sepertinya.

Aku bertanya lagi, "Mengapa harus bangun jika kesialan-kesialan yang selalu aku hadepin?"

"Kamu gak ngerasa kalo menikmati cangkir kopi pagimu adalah sebuah keberuntungan?" balasnya.

Lagi-lagi aku tertampar. Oke aku kadang terlalu sibuk mengurus kesialanku, sampai-sampai lupa untuk merayakan hal-hal kecil seperti meminum kopi di pagi hari.

Bangunkan aku selalu, Tuhan. Bangunkan aku setiap pagi, setiap kali aku meminum kopi pada pukul 7. Bangunkan aku dari rasa tak bersyukur ini.

Comments

DESTY RAHAYU said…
ikut ketampar juga ;) *maklum, susah bangun pagi haha ^^
hahahha... ayo banguuunnn!!! :D

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi