"DIDI!! DIDI!! BANGUN!!" Mario tengil itu tiba-tiba saja ada di hadapanku. Dasar hantu. Ini kan pagi-pagi. Di kampus pula.
"Kamu kenapa muncul hanya kalau Zoya lagi ga ada sih?" Saat itu, Zoya sedang duduk-duduk di taman kampusnya. Ia meninggalkan aku bersama buku-bukunya yang lain sebentar, untuk membeli minuman di kantin. Muncullah si tengil Mario sambil bergelantung di atas pohon dekat bangku yang sedang ditempati Zoya.
"Ah sudahlah! Kamu tak usah ingin tahu apapun tentang aku. Aku datang sekarang, hanya untuk ngasih tahu kamu. Omonganku tempo hari ga usah kamu fikirkan ya." kata Mario berharap.
"Aku sudah tahu itu bualanmu saja." aku mendengus kesal.
"Terserah sih, Di.. Pokoknya aku mau kamu lupakan. Oke?"
"Enak saja. Gak bisa gitu.."
"Aku mau cuti menghantuimu. Cuti sakit hati."
"Memangnya aku sudah menyakiti hati kamu?"
"Ya! Kamu sudah melanggar kepercayaanku. Kemarin aku mengunjungi kamar Zoya. Dan aku kaget, Jono si waker itu tahu tentang ceritaku. Kau yang bercerita padanya kan?"
"Mario.. aku.."
Mario melirik ke arah kantin, tampak gugup, lalu menghilang di balik daun-daun pohon itu.
"Hhh.. Mario tunggu!"
Zoya kembali ke bangkunya. Membereskan aku dan buku-bukunya yang lain. Kami akan pulang. Dan aku berharap bertemu Mario lagi di kamar Zoya. Aku berharap ia batal mengambil cuti sakit hati-nya. Aku masih harus menjelaskan banyak hal padanya. Begitupun ia padaku.
*bersambung di judul ke-5*
"Kamu kenapa muncul hanya kalau Zoya lagi ga ada sih?" Saat itu, Zoya sedang duduk-duduk di taman kampusnya. Ia meninggalkan aku bersama buku-bukunya yang lain sebentar, untuk membeli minuman di kantin. Muncullah si tengil Mario sambil bergelantung di atas pohon dekat bangku yang sedang ditempati Zoya.
"Ah sudahlah! Kamu tak usah ingin tahu apapun tentang aku. Aku datang sekarang, hanya untuk ngasih tahu kamu. Omonganku tempo hari ga usah kamu fikirkan ya." kata Mario berharap.
"Aku sudah tahu itu bualanmu saja." aku mendengus kesal.
"Terserah sih, Di.. Pokoknya aku mau kamu lupakan. Oke?"
"Enak saja. Gak bisa gitu.."
"Aku mau cuti menghantuimu. Cuti sakit hati."
"Memangnya aku sudah menyakiti hati kamu?"
"Ya! Kamu sudah melanggar kepercayaanku. Kemarin aku mengunjungi kamar Zoya. Dan aku kaget, Jono si waker itu tahu tentang ceritaku. Kau yang bercerita padanya kan?"
"Mario.. aku.."
Mario melirik ke arah kantin, tampak gugup, lalu menghilang di balik daun-daun pohon itu.
"Hhh.. Mario tunggu!"
Zoya kembali ke bangkunya. Membereskan aku dan buku-bukunya yang lain. Kami akan pulang. Dan aku berharap bertemu Mario lagi di kamar Zoya. Aku berharap ia batal mengambil cuti sakit hati-nya. Aku masih harus menjelaskan banyak hal padanya. Begitupun ia padaku.
*bersambung di judul ke-5*
Comments