Skip to main content

Jangan ke mana-mana, di hatiku saja

Dua hari setelah aku menemui Rangga dan perempuan itu di loby kantornya. Aku berusaha baik-baik saja. Aku berusaha menjalani hidupku dengan normal. Tak kuhiraukan hatiku yang sedang mengacau. Aku tetap berjalan. Aku percaya sekali, atas keberuntungan yang pasti akan kita temui ketika kita usai berharap.

Pagi ini seperti biasa, secangkir kopi yang kusiapkan sendiri di mejaku mengajakku berdiskusi. 'Kamu harus mencari klien baru karena kerjasama yang kau batalkan dengan Rangga? Hhaha.. Urusan hati kadang mengacaukan semua ya. Mengapa kau tak bisa memisahkan urusan hati dengan pekerjaanmu sih?' ia mencibirku. Aku hanya menatap dalam pada warna cokelat kopiku. Kuracik semua kata-katanya dalam kepalaku. Kali ini ia akan tahu kejutannya.

"Permisi.."

"Hai, Rangga.. Ayo masuk!"

Seperti janjinya kemarin, Rangga datang menemuiku di ruanganku ini. Aku melirik pelan pada cangkir kopiku dengan tatapan kau-tak-usah-berisik-dulu-ya.

"Pagi, Zoya.. Aku gak akan membicarakan kerjasama kita sekarang. Aku datang hanya untuk bilang, nanti siang kita makan siang bareng di depan yah.."

"Oke, Rangga." aku melanjutkan dalam hatiku, 'dan tak usah kau tambah bicaramu dengan senyum kamu itu. Hatiku tambah kacau, tahu!'

Aku rasa bagus jika Rangga cepat-cepat keluar dari ruanganku saat ini. Tapi yang ia lakukan sekarang, ia tetap berdiri di depanku, matanya menangkap basah kekacauanku di dalam. "Aku tahu aku ada di sana semenjak SMU.." ia menunjuk hatiku dengan matanya.

"Kamu juga ada di sini dari dulu.." ia menunjuk dadanya, "Kamu jangan kemana-mana ya, di hatiku aja.." matanya yang sayu namun dengan pendar yang pasti menusukku tepat pada keraguanku. Lidahku kelu. Rangga keluar ruangan membawa semua kata-kata yang kupunya.

...

Aku sentuh cangkir kopiku yang tak sabar meminta penjelasan dari kejutan yang baru ia dapat. 'Satu yang tak bercerita padamu tentang perempuan yang kutemui di kantor Rangga. Dia ternyata adalah sahabat baik Mama Rangga.' Cangkir kopiku tersenyum. Aku membalasnya.

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi