Foto : Dok. Pribadi Bernard Batubara |
Beberapa bulan lalu, saya berkesempatan mewawancarai penulis Bernard Batubara (Bara) melalui email untuk keperluan rubrik profil di sebuah majalah. Namun karena keterbatasan halaman, hasil wawancara tidak bisa seluruhnya dimuat. Karenanya, saya ingin membagi hasil wawancara yang lebih lengkap di sini. Berikut saya pilihkan beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepada Bernard Batubara dan jawaban-jawaban lengkap beliau. Selamat mengikuti.
Q : Halo! Apa kabar, Bara?
A : Alhamdulillah, baik.
Tentang menjadi penulis seperti sekarang ini, bisa diceritakan satu momen yang dialami sewaktu kecil sehingga mengantarkan mimpi itu?
Novel pertama yang saya baca adalah Harry Potter dan Batu Bertuah, J. K. Rowling, yang saya pinjam dari seorang teman. Novel itu yang bikin saya pengin jadi penulis.
Bagaimana cara Bara membagi waktu antara menulis dan keluarga? Adakah waktu ideal bagi Bara untuk menulis?
Saya nggak begitu direpotkan dengan persoalan keluarga, karena saat ini tinggal di indekos di Yogyakarta. Orangtua dan adik saya tinggal di Pontianak.
Waktu ideal sebetulnya nggak ada. Tapi saat ini saya terbiasa menulis dari ba’da dzuhur (pukul 12.00 siang ke atas) hingga pukul lima sore.
Bisa disebutkan penulis di Indonesia yang paling mempengaruhi Bara? Mengapa?
Pramoedya Ananta Toer, Eka Kurniawan, dan A. S. Laksana. Nama yang terakhir itu sempat memberi pengaruh terhadap gaya tulisan saya, karena gaya narasinya khas sekali. Saya sempat menulis satu-dua cerita pendek yang, kalau dibaca bersamping-sampingan dengan cerita pendek penulis tersebut, pasti akan ditemukan beberapa kemiripan. Dua nama yang pertama, Pramoedya dan Eka, tidak sampai memeranguhi cara menulis saya, tapi berkontribusi besar dalam membentuk cara pandang saya terhadap gaya bercerita dan prinsip-prinsip penting sebagai seorang penulis.
Pertanyaan ini berhubungan dengan blog. Sebagai yang juga aktif menulis di blog, bagaimana Bara merasakan manfaat dari media ini jika dihubungkan dengan profesi penulis?
Blog saya fungsikan sebagai teaser untuk karya-karya saya yang lebih panjang dan lengkap: buku. Sekarang sih saya lebih sering menulis ulasan buku di sana. Saya merasa blog bisa jadi alat untuk menarik perhatian dan memicu rasa penasaran calon pembaca. Kalau misalnya ada yang main-main ke blog saya dan membaca tulisan-tulisan saya di sana, dan dia belum pernah beli atau baca buku saya, mungkin setelah membaca blog saya dia akan tertarik untuk mencari buku saya.
Saya juga memfungsikan blog sebagai ‘rumah terpadu’ yang memuat segala macam informasi tentang diri saya sebagai penulis. Di sana ada profil, daftar buku saya yang telah terbit, foto-foto, dan kumpulan artikel wawancara juga video tentang saya. Dengan begitu saya berharap pembaca dapat lebih mengenal saya. Karena sebagai pembaca, saya sendiri juga menginginkan hal-hal tersebut saat saya mengunjungi penulis favorit saya, misalnya.
Sering mendengar pembaca yang ingin menulis novel namun menyerah di tengah jalan, kira-kira kalimat apa dari Bara yang bisa menjadi mantra bagi mereka?
Sejak awal, jalan penulisan memang bukan jalan yang mudah, kok. Setidaknya begitu yang saya rasakan, kalau memang ingin berjalan jauh dan menyeriusinya. Seseorang harus punya motivasi dasar yang kuat untuk bisa bertahan dalam waktu lama mengerjakan sesuatu secara terus-menerus, iya kan? Motivasi dasar saya adalah kesenangan. Saya senang dengan aktivitas menulis, dan saya menyenangi diri saya sendiri saat menulis. Ada banyak perasaan menyenangkan masuk ke dalam hati saya, ketika saya merencanakan suatu tulisan atau pada saat menuliskannya. Hal-hal tersebut yang membuat saya bangkit, setiap kali terbentur pada hambatan-hambatan seperti rasa malas, proses pengerjaan novel yang mentok karena terlalu sulit untuk dilanjutkan, dan lain-lain.
Jadi, hal paling mendasar adalah temukan motivasi dasar kamu. Kenapa kamu menulis? Untuk apa kamu menulis? Kalau jawabannya adalah karena suka, karena cinta, saya rasa itu seharusnya cukup untuk membuat kamu bangkit dan berjalan lagi bersama tulisan-tulisan kamu yang belum selesai itu.
Banyak juga yang telah berhasil menyelesaikan novelnya namun sulit menembus penerbit besar, masukan apa yang pernah didapat Bara dari editor yang bisa dibagikan kepada pembaca untuk dambil sebagai tips/pelajaran?
Biasanya, naskah ditolak karena hal-hal berikut: tidak diketik dengan rapi atau masih banyak salah ketik, jenis cerita tidak sesuai dengan apa yang sedang dicari oleh penerbit, atau isinya memang kurang menarik. Supaya naskah diterima, bisa mulai dengan mengecek ulang naskah kamu pada poin-poin tersebut tadi, dan kemudian memperbaikinya.
Terima kasih, Bara, atas kesempatan wawancara ini. Ditunggu karya-karya selanjutnya. Sukses selalu!
Sama-sama, terima kasih juga.
___
Oke, terima kasih sudah menyimak. Semoga bermanfaat ya, buat kamu yang mencintai dunia kepenulisan.
Comments