Skip to main content

Mendengarkan album kompilasi tribute to Efek Rumah Kaca

Foto : ripstore.asia

Kamis (14/7) lalu, bertepatan dengan hari perayaan kelahiran MP3 sedunia (MP3 Day) atau dikenal juga sebagai #NetlabelDay, lewat akun sosial media instagram, saya membaca pengumuman bahwa Efek Rumah Kaca (ERK) telah merilis album kompilasi Tribute to ERK. Ada beberapa nama musisi terpilih yang pernah saya dengar sebelumnya seperti Fiersa Besari, Puti Chitara, Christabel Anora, dan Sungai. Saya juga penasaran dengan lagu cover-an dari musisi-musisi terpilih lainnya. Langsung saja, saya tidak berpikir lama lagi untuk mengunduh album tersebut.

Sambil mendengarkan seluruh track, saya mencari tahu informasi tentang project album kompilasi Tribute to ERK ini. Ternyata project tersebut adalah project kolektif non-profit yang diinisiasi oleh Ripstore.Asia dan Creative Commons Indonesia sebagai bentuk penghargaan untuk ERK. Musisi-musisi Indonesia ditantang untuk membawakan ulang karya-karya ERK dengan versi dan genrenya masing-masing. Kemudian karya-karya cover song tersebut akan mendapat kurasi dari Ripstore.Asia, Creative Commons Indonesia dan ERK. Juga dari Kanal Tigapuluh, Ronascent, Jakartabeat, Surnalisme dan Disorder Zine. (Sumber: ripstore.asia)

Dari akun instagram ERK juga saya baca, sejak project ini dibuka 14 Juni 2016 hingga 4 Juli 2016, ada 65 karya dari berbagai daerah di Indonesia masuk ke meja panita untuk mengikuti cover song challenge Tribute to ERK. Luar biasa! Dari 65 karya tersebut kemudian terpilih 14 musisi yang karyanya berhasil masuk ke dalam album kompilasi Tribute to ERK. Berikut urutannya:

Album kompilasi Tribute to ERK dibuka oleh Salma Nurul dan Muhammad Ilham yang meng-cover lagu Laki-laki Pemalu dengan nuansa akustik-folk. Dilanjutkan oleh O.K. Bro yang meng-cover lagu Cinta Melulu. Vokalnya yang mendayu dengan iringan musik keroncong terasa pas dengan lirik lagu Cinta Melulu. Berlanjut entakan swing-pop ala Tashoora pada lagu Desember, sebelum track terfavorit saya dalam album ini yaitu Sebelah Mata oleh Antartika x Sociophonic. Antartika x Sociophonic memberikan sentuhan EDM pada lagu Sebelah Mata. Kuping saya betah mendengar track ini berulang kali.

Selanjutnya Sungai memberikan pegalaman mendengarkan lagu Jalang secara berbeda. Saya selalu suka dengan bunyi-bunyi perkusi khas dari band eksperimental-pop asal Jogja ini. Track ini juga favorit saya.

Lalu ada Nailtriple yang membuat lagu Mosi Tidak Percaya semakin gahar. Dilanjut dengan lagu Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa yang bercita rasa Fiersa Besari. Simak pula bagaimana Puti Chitara menggubah Cipta Bisa Dipasarkan menjadi amat syahdu, sebelum giliran Elliona yang bereksperimen pada lagu Kamar Gelap.

Yang paling mengejutkan adalah bagaimana Karnivulgar menginterpretasikan lagu Di Udara. Lirik-lirik dalam lagu tersebut terasa semakin menyayat karena seolah dibawakan dalam kondisi yang putus asa dengan backsound hanya suara hujan dan ketukan dengan tempo yang sangat lambat. Sinting sih buat saya. In a good way.

Track selanjutnya dari Jionara yang meng-cover Jangan Bakar Buku, kemudian kembali lagu Laki-laki Pemalu yang kali ini dibawakan ulang oleh LastElise. Setelah itu kita bisa mendengar bunyi-bunyi dari alat musik tradisional pada lagu Menjadi Indonesia yang diracik ulang oleh Hamzah Bagja Kusuma.

Album kompilasi Tribute to ERK ditutup oleh Christabel Annora, musisi asal Malang yang membawakan ulang lagu Desember. Track tersebut juga bisa didengar di album solo Christabel Annora sendiri yang berjudul Talking Days.

Mungkin bagi kamu yang selama ini sudah sering mendengarkan lagu-lagu ERK, ini akan menjadi pengalaman menarik ketika mendengarkan lagu-lagu mereka dibawakan ulang oleh musisi-musisi terpilih yang talented. Ditambah pula dengan cakupan genre yang luas, membuat pesan dalam lagu-lagu ERK tersampaikan kembali dengan cara yang unik dan berbeda. Album kompilasi yang sangat menyenangkan. Selamat kepada 14 musisi terpilih!


Bagi yang ingin mengunduh album kompilasi Tribute to ERK, silakan klik link ini : ripstore.asia

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi