Skip to main content

The Alpha Girl's Guide: Buku ketiga dari Henry Manampiring



The Alpha Girl's Guide

Penulis: Henry Manampiring
Jumlah Halaman: 254 halaman
Tahun Terbit: 2015
Penerbit: Gagasmedia
Harga: Rp. 65.000
Rating Saya: 4/5

Blurb:

Alpha Female adalah para perempuan yang menginspirasi, memimpin, menggerakkan orang sekitarnya, dan membawa perubahan. Mereka cerdas, percaya diri, dan independen. Bagaimana remaja dan perempuan muda bisa mengembangkan diri menjadi mereka?

The Alpha Girl’s Guide akan membahas tip-tipnya, seperti: 

Mana yang lebih penting, nilai atau pengalaman berorganisasi?
Apakah teman kamu teman sejati atau teman yang menghambat? 
Bagaimana mengetahui cowok parasit dan manipulatif?
Bagaimana bersikap saat diselingkuhi dan patah hati?
Apakah kamu akan menikah untuk alasan yang tepat?
Apa yang penting dilakukan saat memulai bekerja? 

Buku ini adalah hasil pengamatan, riset artikel, wawancara langsung, dan diskusi dengan banyak perempuan di media sosial Ask.fm. Ditulis dengan ringan, penuh ilustrasi kocak, tetapi tetap blak-blakan menohok, The Alpha Girl’s Guide akan membuat kamu terinspirasi menjadi cewek smart, independen dan bebas galau! 

The Alpha Girl's Guide juga berisi wawancara inspiratif dengan dua Alpha Female Indonesia dari dua generasi: Najwa Shihab dan Alanda Kariza.

___



Di atas adalah salah satu komentar pembaca The Alpha Girl’s Guide yang sekaligus follower Henry Manampiring di Ask.fm yang kebetulan saya baca dan masih bikin ngakak sampai sekarang. Ngakak bahagia. Bahagia untuk Om Piring (panggilan akrab Henry Manampiring), dan juga untuk para perempuan di mana pun. Karena begitulah, buku yang baik adalah buku yang mampu mengubah perspektif pembacanya.

Setelah Cinta Tidak Harus Mati dan 7 Kebiasaan Orang yang Nyebelin Banget, The Alpha Grl’s Guide adalah buku Om Piring yang ketiga. The Alpha Girl’s Guide ditulis dengan inspirasi dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh followers sang penulis (banyak remaja dan para perempuan muda) pada akun Ask.fm-nya mengenai kegalauan dan keresahan mereka atas pilihan pendidikan, relationship, dan karier. Maka buku ini tentu saja membahas topik mulai dari sekolah, pertemanan, love life, karir, penampilan, hingga konsekuensi seorang Alpha Girl.

Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi inspirasi Om Piring menulis, bagi saya pun membikin terkejut. Sebagian bikin saya heran. Sebagian lainnya mewakili saya untuk mendapatkan perspektif baru tentang sesuatu, karena jawaban-jawaban yang diberikan Om Piring sangat eye-opening. Tak heran buku ini sangat ditunggu-tunggu. The Alpha Girl’s Guide ini seperti kabar baik bagi para remaja dan perempuan muda di Indonesia. Saya jadi berpikir, apa jadinya jika saya membaca buku ini sejak saat masih sekolah. Hehe. Dan, bagi para orang tua yang mempunyai anak remaja, buku ini juga baik sebagai referensi.

The Alpha Girl’s Guide ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan kocak, serta dilengkapi dengan ilustrasi yang memudahkan pembaca untuk menangkap maksud penulis. Tidak akan ditemukan kalimat yang terlalu rumit untuk sebuah buku pengembangan diri, menurut saya.

"Kita tidak bisa memiliki kepastian apa pun dalam hidup ini, selain kematian dan kena pajak." (Halaman 27)

Yang saya suka adalah, banyak pemikiran Om Piring yang sangat realistis. Sejalan dengan pemkiran saya. Ia juga tidak serta merta menuntut pembaca untuk setuju terhadap apa yang ia tulis, dengan mengingatkan pembaca agar tetap bersikap kritis.

Saya juga suka kenyataan bahwa buku bernapas feminis ini ditulis oleh pria. Omong-omong, menurut saya, buku ini juga sebaiknya dibaca oleh para pria yang merasa dirinya insecure. Hehe.

Dituliskan Om Piring, ia tidak menjamin bahwa semua pembacanya akan tumbuh menjadi Alpha Female. Namun, ia yakin bahwa semua remaja putri bisa memiliki kualitas Alpha Girl dan siapa pun bisa terinspirasi atau terdorong untuk terus menerus menjadi lebih baik dengan buku ini.

Silakan baca dan terapkan tip-tip yang dibagi oleh The Alpha Girl’s Guide yang menurutmu cocok ke dalam kehidupan masing-masing. Karena seperti yang ditulis Om Piring, pembaca memiliki kondisi yang memang berbeda-beda.

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi