Skip to main content

Write shit down, and let it go!

Bagi saya, marah adalah emosi paling buruk dibanding emosi lainnya, yang bisa saya rasakan. Lebih buruk lagi, jika ekspresi rasa marah tidak tepat waktu dan/atau tidak tepat sasaran. Jika ada kata-kata yang paling saya sesali setelah mereka keluar dari mulut, sudah bisa dipastikan mereka adalah kata-kata yang keluar dari mulut saat saya marah. Sama buruknya saat saya marah dan tidak bisa mengendalikannya agar bertindak lebih rasional. Sudah pasti, kemarahan seperti itu hanya akan merusak segala yang baik, membuat saya terlihat bodoh atau membuat orang enggan untuk menghormati saya seperti sebelumnya. Amit-amit naudzubillah.


"Jika emosi mengalahkan logika, kerasa kan akibatnya?"

Masih ingat kalimat itu? Kalimat Cinta untuk Rangga di Film AADC itu contoh kasus yang paling gampang deh, akibat buruk dari marah-marah-gak-jelas.

Tetapi saya percaya, sebagai sebuah reaksi, setiap emosi yang datang dari dalam diri, termasuk marah, adalah emosi yang jujur. Jika saya menyebut marah sebagai emosi yang buruk, bukan berarti saya bilang marah sebaiknya tidak usah ditunjukkan. Kita bisa memilih ekspresi yang baik yang akan kita gunakan untuk menyampaikan emosi yang kita rasakan, tentunya setelah kita mengenali emosi apa yang kita rasakan tersebut.

Khusus untuk marah, ekspresi yang tidak terlalu buruk atau bisa jadi baik, hanya akan terjadi jika kita menunda reaksi setelah mengenali emosi marah tengah kita rasakan, paling tidak selama 2 detik.

"Kalau marah, jangan langsung bertindak." Begitu pesan seorang teman.

Masih menjalani kehidupan sebagai manusia (bukan malaikat), tentu saja saya masih akan merasakan emosi, termasuk marah, saat menjalaninya. Dan menunda reaksi saat marah adalah satu-satunya cara terbaik yang saya percaya akan menyelamatkan saya dari akibat buruk.

Karena saat menunda marah, hal-hal baik terjadi.

Saat kita merasa perlu menunjukkan bahwa kita marah atas sesuatu, menunda marah akan membuat kita memiliki waktu untuk memikirkan argumen yang kuat dan benar. Bahkan mungkin saja, setelah menggunakan jeda waktu untuk berpikir, kita jadi merasa bahwa kemarahan kita tidak lagi perlu untuk ditunjukkan.

Untungnya, saya memiliki kebiasaan untuk menuliskan apa yang saya rasakan dan pikirkan. Begitu juga saat merasa marah. Kadang saya berpikir sambil menulis.

Menulis itu memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Saya 1000% percaya ini. Saat marah, tuliskan saja semua yang membuatmu marah. Lalu kamu baca ulang. Voila! The healing power of writing! Rasa yang tersisa adalah perasaan ingin membuang semua tulisanmu ke tempat sampah dan membiarkan semuanya lewat.

Menulis itu menemukan jawaban. Saat kita terus menulis, kita tidak sadar bahwa kita sedang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam kepala. Ketika semua pertanyaanmu terjawab, kamu menjadi manusia yang sadar dan seimbang. Kemudian marahmu hilang saat kau selesai menulis. Dan masalah, jadi tampak tidak sebesar saat kita melihatnya dalam keadaan masih marah.

___

Menulis juga menjaga ingatan. Jadi biarkan tulisan ini membantu saya mengingat, jika suatu saat nanti saya sedang marah, saya akan menunda bereaksi dan mulai menulis.

Sometimes you just have to write that shit down and let it go.

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi