Skip to main content

Kirana

Setelah Sherina, sepertinya belum ada penyanyi anak lain yang bikin saya gregetan. Sejak albumnya Andai Aku Besar Nanti (1999), Petualangan Sherina (2000), dan My Life (2002), belum ada album dan penyanyi anak kece lainnya yang menyusul lahir dan sampai di telinga saya.

Saya sih kepikiran apa kabar ya pendengar musik anak di Indonesia? Selama belasan tahun ke belakang, anak – anak Indonesia ini mendengarkan lagu apa selain musik klasik di tempat lesnya dan lagu "wajib hapal" seperti Balonku dan lain - lain di sekolahnya? Dan saya rasa, tidak ada pilihan lain. Kebanyakan anak jatohnya pasti di lagu – lagu Coboy Junior, Cherrybelle, Smash dan lagu – lagu yang dibawakan oleh band atau penyanyi dewasa yang diperuntukkan bagi pendengar lagu dewasa. Lalu saya membayangkan, kira – kira apa yang ada di pikiran adik - adik kita saat mendengar lirik yang belum mereka pahami?

Lalu, saya jalan – jalan ke sebuah toko cd/album, ingin tahu, kalau saya jadi orang tua dan sedang mencari album untuk anak saya, kira – kira apa yang saya dapatkan? Di jajaran album anak, saya menemukan banyak album kompilasi lagu - lagu anak jaman dulu. Untuk penyanyi baru, saya hanya menemukan satu - dua saja. Perbandingan kuantitas dengan album dewasa yang dipajang sangat jauh.

Kalau membahas wadah bagi para penyanyi anak menunjukan bakatnya sekaligus berkompetisi di Indonesia, walaupun saya tidak serius mengikuti semua, rasanya beberapa televisi mempunyai program semacam itu. Melihat penampilan para kontestan di kompetisi - kompetisi bernyanyi itu, saya jadi kepikiran satu hal lagi. Ternyata penyanyi anak yang bagus itu banyak ya. Lalu mengapa produksi lagu anak kurang? Saya juga memperhatikan, di kompetisi – kompetisi bernyanyi anak itu, mereka mau tidak mau, karena sedikitnya pilihan, membawakan lagu – lagu dewasa. Mirisnya lagi, mereka harus kerja keras mengganti lirik cinta - cintaan supaya lebih ramah di telinga penonton anak.

Beberapa bulan lalu, saya tidak sengaja menonton satu episode acara kompetisi bernyanyi untuk anak itu di salah satu televisi swasta di Indonesia. Di acara yang ternyata sudah berlangsung beberapa episode ini, saya menemukan Kirana, satu kontestan yang suaranya saya suka. Dari situ saya jadi penasaran dan keterusan menonton acara itu untuk mengikuti penampilan Kirana, sampai akhirnya jagoan saya tersebut jadi juaranya.



Salah satu penampilan terbaik Kirana.

Iih, gemeesh kan! Akhirnya, setelah Sherina, saya menemukan penyanyi anak lain saya idolakan suaranya, Kirana! Dan sebagai hadiah karena menjuarai kompetisi itu, Kirana dibuatkan satu single oleh Ryan D’Masive, berjudul Jadi Matahari. Saya sih berharap lebih banyak dari itu. Saya ingin Kirana bisa merilis album anak seperti Sherina. Saya benar – benar menunggu itu.

Memang, anak – anak sekarang itu cepat mendewasa. Jangan - jangan, lirik - lirik lagu dewasa yang mereka dengarkan juga ada pengaruhnya ya? Ayo dong para produser musik dan pencipta lagu anak di Indonesia, ramaikan lagi industri musik anak yuk.

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi