Skip to main content

Catatan awal tahun 2015: Konsisten dalam ketidakkonsistenan

Sebut saja beberapa hal yang identik dengan perayaan pergantian tahun! Bakar jagung? Bakar ayam? Bakar kembang api? Bakar petasan? Panggung hiburan? Meniup terompet? Rasanya, saya kurang akrab dengan hal-hal itu. Sesekali saja boleh lah. Tapi rasanya saya lebih menggemari hening. Saya menghindari bising. Dan pergantian tahun kemarin malam, saya lewatkan dari dalam tempat suci bagi saya : kamar tidur.

Ada tiga hal yang menemani saya : tracklist panjang yang menyenangkan, satu mug besar berisi capuccino, dan lamunan tentang apa saja.

Salah satu yang menyenangkan dari momen pergantian baru buat saya adalah memiliki jurnal baru untuk kemudian dicorat-coret sepuasnya sepanjang tahun hingga tahun benar-benar habis. Di halaman awal jurnal, saya pasti menuliskan resolusi saya untuk tahun itu. Dan kebiasaan ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Namun, telah bertahun-tahun juga saya menjadi orang yang cukup konsisten dalam ketidakkonsistenan. Setiap kali membuat resolusi, sebagian tercapai, dan sebagian lagi pasti tidak tercapai. Karena apa ya? Saya pikir ini karena saya diam-diam menyimpan sikap terbuka. Saat tahun berjalan dan kesempatan untuk melakukan hal-hal baru di luar rencana silih berganti mendatangi, saya akan menyambarnya dengan suka cita. Tentu dengan konsekuensi pencapaian resolusi akan tersendat. Tapi, untungnya saya tidak pernah menyesali apapun. Lagipula, dengan bersikap terbuka, saya jadi berkesempatan mengalami apa-apa yang tidak saya rencanakan. Cuitan salah seorang penulis puisi favorit saya, Andi Gunawan, di twitter, “Pencapaian adalah keriangan masing-masing. Bagiku, riangku. Bagimu, riangmu.”

Maka, ketika beberapa saat sebelum tahun benar-benar berganti menjadi 2015, seorang teman bertanya "Apa resolusi saya tahun ini?", entah kenapa saya tiba-tiba ingin menjawab, “My plan for 2015 is having no plans.” Saya tidak akan lagi menuliskan resolusi. Saya menyimpan beberapa hal yang saya mau, namun kali ini saya tak ingin berencana. Semoga saja saya bisa lebih banyak melakukan, ketimbang berencana. Karena sepasti apa pun saya berencana, apa yang nantinya benar-benar akan terjadi pada hidup saya di tahun ini, sungguh tidak satu setan pun yang tahu.

“Segalanya terjadi tak terduga-duga. Hanya ada satu yang pasti dalam hidup, yaitu ketidakpastian.” begitu Dee Lestari menulis dalam Supernova.

Sekarang, tugas saya cuma satu : saya harus meyakinkan diri sendiri, bahwa saya selalu semangat menyambut ketidakpastian itu.


Selamat tahun baru 2015!

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi