Skip to main content

Memuja pagi



Di ujung warna jingga yang sebentar habis terhisap langit,
Di sisa rikuh raga yang tengah meregang dicabik lelah,
Ragam rasa, rupa warna, nyata semua berarak pada satu masa :
gelap.

Rasa menguap, daun memucat, jingga memudar..


Kala ku-ungkit arti jejak - jejak yang kutapaki..

Ada sahabat yang kudengar tulus berjanji,
dan selalu datang kembali, Pagi.
Dan kita akan kembali sibuk mereguk inspirasi dari Pagi.
Pagi yang memuja kehidupan.
 Pagi yang selalu meracikkan secangkir kopi,
untuk kita hirup sama - sama,

Aku dan kamu tak terlalu berbeda sepertinya, Sayang..

Menyesap racikan kopi yang sama,
Dibekali pertanyaan yang sama,
dan mencari jawaban yang sama.
Karena alam kita tak pada beda semesta.
Sahabat kita hanya satu - satunya, Pagi..

Sesekali Pagi mengajari, dan kita setengah mati berusaha mengerti..

 
"Warna dan rasa hanyalah dua titik pada seutas benang yang sama.
Kamu pegang ujung yang satu, dan kamu pegang ujung lainnya."

"Setiap gelap, adalah warna pada masa sebelumnya.

Setiap warna akan menjadi gelap kemudian."

Rupanya, kita hanya harus merayakan pada saat berada di titik gelap, Sayang..

Dan tertawa saat memegang kuas berwarna.

Kudengar lagi Pagi berbisik,

Ia tak terlalu khawatir jika suatu saat kita pamit agak jauh,
bahkan tak kembali.
Karena ia tahu, kita pernah memujanya.





Bandung, Juni 2014

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi