Langit
merah jingga melahap kue ingatan tentang hari ini,
menggerus potongan
pahit sakit hatimu saat renyah,
menyisihkan sepotong yang manis untuk
kau simpan dalam toples kenangan.
Langit merah jingga pun melarungkan dendam ke dalam cangkir kopimu.
Untuk kau teguk habis ia, sampai lupa.
Dan esok, hanya akan
ada semburat mata pengampun yang seperti biasa.
Yang tahu, adonan kue
teka-tekimu masih tersisa.
Yang hafal, racikan kopimu masih butuh
rupa-rupa rasa.
Ialah semburat teduh mata mentari pagi di langit yang sama.
Yang selalu datang dengan sahaja dan percaya,
seperti gurauan tua yang senantiasa disambut tawa.
Bandung, Juni 2014
Comments