Skip to main content

Dieng Plateau, keunikan Indonesia

Akhir pekan lalu, tepatnya Jumat 14 Maret 2014, saya melakukan trip ke Dieng bersama rombongan dari travel agent Cheap and Go Tour. Dieng adalah sebuah kawasan wisata yang terletak di 2 kabupaten, yaitu Banjarnegara dan Wonosobo. Kami berangkat pukul 8 malam dari Bandung. Dengan perjalanan darat menggunakan mobil, Dieng kami tempuh selama kurang lebih 12 jam. Kami tiba di Wonosobo sekitar pukul 7 pagi. Udara dingin Dieng mulai terasa. Nafas yang kami hembuskan pun mengeluarkan asap.

Dieng berada di ketinggian rata-rata 2000 mdpl dengan suhu berkisar dari 10-15 derajat celcius. Jika musim kemarau tiba, suhu Dieng bisa mencapai 0 derajat cecius bahkan minus. Menurut Mas Didin, guide lokal kami di Dieng, di musim kemarau akan ditemui embun beku. Embun ini bisa merusak tanaman pertanian. 

Dieng terbentuk dari letusan Gunung Purba. Menurut keterangan Mas Didin lagi, mengapa disebut Gunung Purba, karena belum diketahui tahun meletusnya gunung tersebut. Letusan Gunung Purba ini membentuk beberapa gunung dan kawah.

Di hari pertama, kami diantar Mas Didin mengunjungi Sumur Jalatunda, Kawah Sileri, Komplek Candi Arjuna, Candi Gatot Kaca, Telaga Warna, Dieng Pleatau Theater, dan Kawah Sikidang.

Sumur Jalatunda
Setiap tempat pasti mempunyai cerita. Begitupun dengan Sumur Jalatunda di Kawasan Wisata Dieng ini. Jika kamu berkunjung ke Sumur Jalatunda, kamu akan menemukan Mas-Mas yang duduk dengan sekarung batu berukuran sedang di depannya. Batu? Iya batu. Buat apa? Jadi Sumur Jalatunda ini memiliki mitos, jika seseorang melempar batu hingga mencapai sisi terjauh dari sumur, maka harapan orang tersebut akan tekabul. Dan sebaliknya. Kalau kamu tertarik untuk mencoba, tidak perlu susah mencari batu. Kamu tinggal cari Mas-Mas tadi. Imbalannya murah saja. Rp. 500 per satu buah batu. Setelah mencoba, mau percaya atau tidak pada mitosnya, terserah kamu. :)

Kawah Sileri
OLYMPUS DIGITAL CAMERA












Telaga Warna
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Sepanjang mengelilingi Telaga Warna, kami menemukan beberapa sumur. Menurut Mas Didin, sumur-sumur tersebut adalah tempat pertapaan. Dan merupakan sumber air yang sangat jernih.

Dieng Pleatau Theater (DPT) 
Di DPT kami menyaksikan sebuah video/film mengenai kawasan Dataran Tinggi Dieng dan budayanya. Dari film ini juga kita bisa menyaksikan bagaimana uap panas bisa menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Dieng dengan diolah menjadi listrik oleh PLTU.

Kawah Sikidang 
Jangan lupa untuk memakai masker ketika berkunjung ke Kawah Sikidang. Bau belerangnya cukup menyengat. Kawah ini dinamakan Sikidang karena lava yang terus bergolak suka berpindah-pindah (meloncat-loncat) seperti Kijang.

Di hari kedua, kami menyaksikan sunrise dari Bukit Sikunir, lalu menuju Bukit Batu Pandang, dan mengakhiri Wisata Dieng dengan jajan oleh-oleh khas Wonosobo dan mencicipi Mie Ongklok, kuliner khas Wonosobo. 

Bukit Sikunir
OLYMPUS DIGITAL CAMERA

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Untuk menyaksikan sunrise dari atas puncak Bukit Sikunir, kita harus berjalan kaki selama 30 menit. Treknya lumayan terjal. Lebar jalan kurang lebih 1-2 meter. Tapi cukup mudah karena sudah dibuat tangga dari batu-batu. Di sisi sebelah kiri bukit, di kanan lembah hijau. Kamu hanya harus hati-hati saja, konsentrasi dan jangan lengah. Pastikan sepatu kamu tidak licin, pakai jaket tebal, dan jangan lupa membawa senter kecil, karena untuk menyaksikan sunrise kita mendaki bukit mulai pukul 3.30 saat langit masih gelap.

Bukit Batu Pandang 
Dari atas Bukit Batu Pandang, kita bisa melihat Telaga Warna dan Telaga Pengilon.

Oleh-Oleh Wonosobo 
Ketika menuruni Bukit Sikunir, saya melihat banyak pohon pepaya dengan buahnya yang berukuran kecil. Buah pepaya khas Dieng ini diolah menjadi manisan pepaya dan dikemas dengan nama Carica. Jangan lupa untuk membeli Carica untuk oleh-oleh ya. Jangan lupa juga coba Mie Ongklok. :D

Di setiap titik wisata di Kawasan Dieng yang kami kunjungi, saya melihat banyak penjual kentang goreng. Jadi, mata pencaharian utama penduduk Dieng ini adalah bertani. Karena kontur tanahnya yang cocok, terutama untuk sayuran jenis kentang. Menurut Bapak petani yang saya temui, kentang ini dipanen setiap 3 bulan sekali. Mungkin karena produksinya yang melimpah, banyak sekali saya temui ibu-ibu penjual kentang goreng. Cukup dengan Rp. 5000 kamu akan mendapat banyak kentang goreng. Hawa dingin, ngemil kentang goreng.. Yumiii!!

Mengunjungi Dieng, saya jadi ingat kawasan Lembang yang tidak jauh dari tempat tinggal saya di Bandung. Dan ternyata, lagi-lagi saya baru tahu dari cerita-cerita ketika di Dieng, bahwa memang petani Dieng ini belajar bertani dari petani Lembang. Bibit kentang yang ditanam di Dieng pun diambil dari Lembang. Sejauh itu? Keren ya Indonesia.. :')

Dua hari kami berwisata di Dieng Pleatau. Menurut Mas Didin, masih banyak titik wisata menarik lainnya. Ah, andai waktu liburan kami lebih panjang. Haha. Namun rasanya dua hari saja pun sudah lebih dari cukup bagi saya untuk tertawan keindahan Dieng, sebuah wahana alam ciptaan Tuhan. Kamu harus datang dan rasakan sendiri keunikan Dieng.

Jika butuh guide atau fasilitas lainnya untuk berlibur di Dieng, saya rekomendasikan @wisataDiengsatu. Atau bisa follow @cheapandgotour, travel agent menyenangkan yang menemani liburan kami di Dieng kemarin. 

Kembali dari Dieng, setelah sejenak melihat hal-hal dari sudut lain, mari kembali bekerja mencapai mimpi-mimpi yang telah lama dirawat. :)

__

Foto-foto milik : @neynarahma, partner Dieng trip yang menyenangkan.
Silahkan menyimak foto-fotonya yang lain di : http://instagram.com/neynarahma atau http://www.flickr.com/photos/itsneyna

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi