Skip to main content

Pada semesta Risa

Pesta Rilis Sunyaruri, 12 November 2013

“Pas nonton Sunyaruri, tau gak lo, gw mikir apa. Satu aja : Bahwa konser peluncuran EP dan buku ketiga ini berawal dari satu kata sederhana, menurut gue : acceptance. Ya gak sih? Setelah menerima siapa dirinya, yang bisa melihat dan berinteraksi dengan hantu, justru malah banyak yang bisa dihasilkan, diberi, dibagi sama Teh Risa... Yagitu deh ...”

“Iyasih.. Dan, IMO, sebelum acceptance ada satu tahap lagi sih. Admit. Mengakui.”
___

Setiap orang punya a bucket of role models. Dan teman – teman yang dekat dengan saya pasti sudah tahu, kalau Risa Saraswati, adalah salah satu yang masuk ke dalam daftar idola saya. Risa Saraswati adalah penulis buku, vocalist, lyricist, producer band Sarasvati, dan masih menjalani kesehariannya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil di Bandung.

Paling atas adalah percakapan saya beberapa waktu lalu dengan sahabat, tentang sosok idola saya itu.

Acceptance is letting go and allowing things to be the way they truly are.  It doesn’t mean you don’t care about improving the realities of life; it’s just realizing that the only thing you really have control over is yourself.  This simple understanding is the foundation of acceptance, and only with acceptance can there be peace and growth. – Marc & Angel

Risa Saraswati memiliki kemampuan yang tidak semua orang miliki, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan makhluk halus. Diakui Risa di atas panggung Pesta Rilis Sunyaruri (pesta peluncuran buku ketiganya dan EP ketiga Sarasvati yang berjudul sama, Sunyaruri), yang saya hadiri 12 November 2013 kemarin, dirinya sering mempertanyakan bahwa kemampuan ini harus ia anggap sebagai kelebihan atau harus ia ingkari. Siapa yang menyangka kalau seorang Risa Saraswati, pada suatu kesempatan saya dan teman-teman Sarasvamīly wawancara, mengaku bahwa ia ternyata pernah melakukan hal gila semacam percobaan bunuh diri gara – gara hantu?

Booklet Sebuah Catatan Kecil

Tapi akhirnya Risa mampu ‘menerima’ kemampuannya. Interaksinya dengan makhluk halus justru menjadi sumber inspirasi bagi kreatifitasnya berkarya.

Risa telah membagi hikmah kepada banyak orang melalui kisah - kisah yang ditulisnya di buku Danur (2012), Maddah (2012), dan Sunyaruri (2013). Melalui tiga buku ini, saya tahu, Risa adalah sosok yang cerdas mengolah emosi menjadi kreatifitas.

Risa juga menulis lirik yang tak biasa dan membuat lagu - lagu yang kalau kata teman - teman saya yang mengerti musik : "chord-nya susah!".

Project solonya dulu kini telah bertransformasi menjadi band, Sarasvati. Sudah tiga album yang dilahirkan Risa bersama Sarasvatī. Pertama, EP Story of Peter (2010), dengan single Story of Peter yang sangat radio-friendly sekaligus lagu pertama yang membuat saya jatuh hati pada musik Sarasvati.

Tentang lagu Story of Peter, menurut Edwin Sandi (Program Director Rase FM sekaligus penggagas acara Pop Circle yang dulu dibawakan oleh Risa ketika ia menjadi penyiar di radio tersebut), yang saya baca di sini Sarasvati - Dari Balik Batu Pertama, "Musikalitas Sarasvati yang berani pada lagu ini, bukan semata-mata mencoba bereksperimen semata, tapi menunjukan kualitas alami yang dipunyainya selama ini, karena Risa berasal dari keluarga yang juga berkecimpung di dunia seni sunda.”

Ini adalah kutipan wawancara Risa dengan Free Magazine yang saya ambil dari sini Face 2 Face / Profile : FREE! Best Breakthrough Local Album 2012 Nominee: Sarasvati: “Berangkat dari membuat lagu dan musik tanpa mempedulikan pendapat orang lain rasanya lebih menyenangkan. Dengan musik Sarasvati yang seperti ini kami tak pernah punya target apapun selama kami puas dengan hasilnya. Sejauh ini ternyata respon orang yang mendengarkan lumayan positif dan diluar ekspektasi kami.”

Terbukti, EP Story of Peter ini mendapat penghargaan Album Terbaik versi Majalah Roling Stone Indonesia 2010. Dan Album ke dua, Mirror (2012), menjadi nominasi Best Breakthrough Local Album FREE! Best Of 2012 yang digelar oleh Free Magazine.

Dalam album ke tiga, EP Sunyaruri (2013), yang diluncurkan bersamaan dengan buku Sunyaruri dalam konser bertajuk Pesta Rilis Sunyaruri, komitmen kecintaan pada musik tradisional dibuktikan oleh Sarasvatī dengan memberikan sentuhan nuansa keroncong dalam lagu berjudul Senandung Hujan.

“Tidak pernah bisa saya mendeskripsikan jenis musik sarasvati, saya dan teman-teman saya di sarasvati berasal dari berbagai latar belakang genre yang berbeda. Kami memasukan semuanya dalam lagu lagu di Sarasvati sehingga terasa bisa mendeskripsikan keseluruhan genre musik Sarasvatī, karena setiap lagu punya nuansa yang berbeda. Kadang orang lain menyebut pop, kontemporer, elektronik, unconventional pop... terserah!”, wawancara Risa masih dengan Free Magazine yang saya kutip ini menjelaskan tentang musik Sarasvatī.

Satu hal yang pasti menjadi point kekaguman saya, Sarasvatī selalu berhasil menggelar konser-konser yang terkonsep dengan detail. Seperti konser - konser Sarasvatī sebelumnya,“Mancawarna” di Teater Tertutup Dago Teahouse pada April 2011 dan “Nishkala” di Sasana Budaya Ganesa pada November 2012, Pesta Rilis Sunyaruri pun berhasil digelar epic.

___

Passion is powerful.  It rests deep within you and passively drives your feelings, choices, and courses of actions.  It can’t be ignored, and it shouldn’t be ignored.

Baru saja Sunyaruri rilis beberapa hari, saya membaca status Risa pada akun twitternya, bahwa ia kini sedang menulis buku ke-empat-nya. Dan entah kejutan apa lagi yang masih disimpannya.

Rasanya, begitu banyak kembang api dalam isi kepala seorang Risa. Meletup-letup menunggu disulut. Arus kreatifitasnya mengalir begitu deras. Itulah yang membuat saya kagum. Risa adalah seorang yang produktif berkarya, baik itu karya dengan proses solitary seperti menulis maupun teamwork, membuat lagu dan bermusik bersama band-nya Sarasvati.

___

Life is a series of continuous natural events and changes.

Masih ingat pelajaran matematika ketika di bangku SD? Di bab tentang himpunan dijelaskan bahwa kumpulan himpunan berada dalam semesta. Beberapa himpunan beririsan dengan himpunan lain. Beberapa hanya bersisian.

Jika diibaratkan manusia adalah himpunan dan lingkungan manusia itu adalah semesta. Risa dan manusia - manusia di sekelilingnya adalah manusia - manusia yang diberkati karena berada dalam satu semesta, beririsan maupun hanya bersisian kini. Saling melengkapi karya dan suka hati mengiringi perjalanan berkarya.

Saya cukup berbangga semesta mengenalkan saya pada sosok Risa, menyimak perjalanan karyanya, dan berada dalam semestanya meski hanya bersisian dalam doa dan kekaguman.

___

People who are proud of themselves tend to have passions in life, feel content and set good examples for others.  It requires envisioning the person you would like to become and making your best efforts to grow.

Sosok Risa bagi saya adalah pengingat tentang menjalani hidup dengan passion. Pengingat untuk selalu menjadi ada.

Selamat ulang tahun Teh Risa, tetap berkarya sampai nanti, tetap bersinar bagi semestamu :)


___

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi