Skip to main content

Catatan kecil dari atas Bukit Moko: Live in the now

Pernah dengar tentang Moko? Moko adalah nama sebuah bukit di daerah Padasuka, Bandung. Menurut sumber - sumber yang saya baca, Moko adalah titik tertinggi-nya Bandung. Berada di ketinggian kurang lebih 1500 mdpl. Ketikan saja "bukit moko" di search engine kamu, maka akan muncul gambar - gambar indahpemandangan dari atas bukit Moko, plus review seru dari orang - orang yang sudah pernah ke sana.

Bulan lalu, saya bersama 4 teman (Sesil, Uci, Nisa, Teta) jalan - jalan ke bukit Moko. Tempatnya mudah - mudah saja dijangkau kok. Kalau kamu suka trekking, bisa dengan jalan kaki kurang lebih 4 jamdimulai dari ujung Jalan Padasuka. Ada juga yang menggunakan sepeda. Kalau menggunakan motor, lebih cepat lagi. Hanya30 menit sampai ke tempat tujuan.

Dari tugu ini menuju Warung Daweung kurang lebih 200 m.
Jalannya bebatuan dan curam hingga kemiringan 45 derajat.
 
Sesil dan Nisa semangat mendaki Moko :D
Tujuan kita dibukit Moko sesungguhnya adalah satu - satunya warung yang berada di sana, bernama Warung Daweung. Warung ini menjual aneka macam makanan dan minuman. Mulai dari nasi goreng, mie rebus, pisang keju, kopi, susu, dsb. Harganya relatif murah. Di bagian luar warung, ada beberapa saung bagi yang ingin lesehan sambil menikmati udara Moko yangsegar. Ada juga batu - batu tempat duduk, dan bangku kayu di bibir bukit.

Di dalam Warung Daweung.

Nama warung ini memiliki arti dalam Bahasa Sunda.Nga-daweung dalam bahasa Sunda itu artinya melamun. Tempat ini memang cocok sih buat dihabiskan melamun. Kalau kamu suka menulis, siapa tahu melamun di tempat ini bisa memberi banyak inspirasi. Teman saya yang senang membuat film pendek, juga memanfaatkan bukit moko sebagai lokasi shooting filmnya. Buat yang suka camping, ada lahan di bukit Moko ini yang bisa disewa untuk mendirikan tenda dan menginap. Tapi jangan kebablasan bangun melewatkan matahari terbit ya. Haha.

Sebelum jalan - jalan ke Moko, seperti biasa saya melakukan riset. Dan seperti yang sudah saya tulis di awal, pemandangan di bukit Moko yang saya lihat dari kamera orang - orang yang sudah pernah ke sana itu indah. Sunrise dan sunsetnya,juga lampu - lampu kota Bandung yang kelap - kelip terlihat seperti bintang dari atas bukit Moko ketika malam hari.

Saya bersama 4 teman saya tadi berangkat siang hari. Sekedar jalan - jalan saja sih, kalau beruntung ya bisa sekalian melihat senja dari atas bukit Moko. Namun yang terjadi adalah, sore itu hujan. Kami berkecil hati tidak akan bisa melihat senja sore hari nanti. Akhirnya kami memesan makanan dan minuman, lalu mengobrol di Warung Daweung sambil menunggu hujan reda.Sambil mengobrol, saya berpikir, kenapa kita tidak bisa menikmati hujan sepertisaat kita menikmati senja?

Bosan di dalam, akhirnya kami berjalan keluar. Berkumpul di saung depan Warung Daweung, sambil menghirup udara segar bukit Moko yang sedang diguyur hujan. Pemandangan perkebunan dan hutan di sekitar Moko tertutup kabut.Langit Moko putih sekali.

Langit Moko berkabut.

Moko saat diguyur hujan.

Jangan lupa pakai jaket kalau ke Moko apalagi kalau tiba - tiba hujan, dingin!

Some people is just worry too much terhadap keadaan dan situasi yang di luar ekspektasi. Mengapa harus takut? Di Moko saya belajar: Live in the now! Jika hujan yang sedang ada dalam waktumu saat ini, lalu mengapa kamu mencari - cari dan berharap senja yang datang? Itu adalah satu - satunyacara untuk membuat hati kita bahagia, di manapun, dalam keadaan apapun.

Apapun di manapun, selfie itu harus :P

If you want rainbow, you got to put up with the rain.

Cheers!

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungki...

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi...

Bandung, kota yang asik untuk jatuh cinta

Saat mengetahui tentang proyek baru dari @poscinta ini, saya langsung tertarik. Karena apa? Tentu karena akan sangat seru rasanya menulis seputar Bandung saat kota tempat tinggal saya sejak lahir ini bersiap menyambut ulang tahunnya yang ke 205 pada 25 September 2015 nanti. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandung menjanjikan akan ada banyak keseruan dalam rangka menyambut HUT Bandung ke 205 nanti, diantaranya Festival Fashion, Festival Kuliner, Festival Kebudayaan dan Light Festival. Jadi mengapa kita tidak ikut bersenang-senang mulai dari sekarang? Untuk entri pertama, saya harus menulis dengan tema "Ikon Kota". Wah. Sebagai kota yang besar, rasanya tidak sulit untuk menemukan ikon kota Bandung ini. Hampir segala yang saya lihat di penjuru kota ini bisa menjadi ikon karena kekhasan dan cerita di baliknya. Sudah banyak pula buku yang membahas Kota Bandung, salah satunya buku 200 Ikon Kota Bandung ini. Jadi yang sulit sekarang adalah, menentukan ikon mana yang akan s...