Skip to main content

Damn, I love Indonesia (2)

Karena komitmen adalah tentang membuktikan apa yang sudah kita niatkan atau ucapkan, maka saya lanjutkan lagi menulis serial postingan “Damn I Love Indonesia” yang sempat tertunda karena mager – mager sepulang kerja di weekday yang tak terelakkan. Ditambah lagi keasikan jalan – jalan ke Bogor di weekend minggu lalu dan jalan – jalan di Bandung dengan teman dari luar kota di weekend minggu kemarin (cerita menyusul di blog ini juga ya :D).

-- 


“Aku tuh salah satu orang yang desperate sama negara ini. Dari zaman kuliah dulu aku punya cita - cita buat nikah terus tinggal di luar negeri. Semua dari awal, dengan harapan baru. Hihi.”


Teman kedua yang saya todong curhat mengenai ‘Apa yang paling menyedihkan dari Indonesia saat ini?’ adalah seorang perempuan yang bekerja di sebuah agen travel di Jakarta yang kebetulan suka jalan – jalan.


“Dosa mendasar adalah ketika dosa dianggap wajar dan biasa. Seolah Tuhan ga ada.”


“Nonton tv, khususnya berita, bikin miris. Segitu gembar - gembornya pemberantasan korupsi. Tapi semakin digalakan, semakin banyak yang ketangkep. Dan dengan kasus baru lho ya, bukan kasus lama gitu. Seolah udah ga ada harapan buat negara ini, kecuali penghapusan 1 generasi mungkin baru deh bergairah. Hahaha.”


“Aku baru join sebuah grup pengguna KRL di bbm. Dari anggotanya yang bukan orang – orang biasa ini, aku dapet knowledge lebih. Saat mereka komplen, mereka ga hanya berbicara tentang kulitnya aja. Tapi juga sangat mendalam. Dan pada akhirnya bertemu di satu titik, bahwa hampir semua ruang di negara ini (mudah - mudahan masih ada yang tersisa), adalah 'settingan' tentang kekuasan, penguasa dan bagaimana cara mendapatkan dan mempertahankannya.”


Senada dengan temanku yang ketiga, yang saat ini bekerja di sebuah bank swasta nasional. Ia juga menyebut – nyebut mengenai 'penghapusan satu generasi' ketika saya beri pertanyaan sama, ‘Apa yang paling menyedihkan dari Indonesia saat ini?’ Ngomong – ngomong, ini teman – teman saya kok seperti kacang lupa kulit ya. Hahahaha.


“Dunia perbankan lagi ga optimis sama Indonesia. Pertumbuhan ketahan di 6%. Mentok. Banyak segi usaha yang danger. Dollar menguat terus. Serem bablas lagi kayak dulu waktu krismon. Mana suasana politik juga lagi angot - angotan. BI rate naik, bunga kredit naik, sementara pengusaha juga lagi ribet sama penyesuaian pasca kenaikan BBM, ngaruhnya lumayan. Beberapa bidang usaha yang saat ini lagi parah itu jual beli mobil bekas, perikanan, sama usaha plastik. Yaa smoga cepet balik..”


Temanku yang kedua cerita, “Buatku, kenapa bisa terus bertahan betah di Indonesia yang gila ini ya karena Tuhan. Begitu banyak nikmat Tuhan yang musti kita syukuri. Saya mensyukuri terlahir sebagai rakyat biasa. Bisa bertemu, jalan – jalan dan makan dengan teman – teman sudah cukup buat alasan bahagia. Coba kalau terlahir di lingkungan yang butuh biaya mahal untuk bahagia. Bahaya deh. Kalau jadi anak pejabat, pasti definisi bahagia itu saat bisa membebaskan tanah rakyat atau menang tender. Hehehe..”


--


Sesedih apapun perasaan teman – teman saya ini terhadap Indonesia, tetapi mereka tidak menyerah. Mereka tetap bangun setiap paginya dan berangkat bekerja. Mereka menikmati hidup, menikmati impian – impiannya. Karena tidak mungkin kita terus merutuk. Kita masing - masing mempunyai lilin yang kita pegang. Kalau seribu orang sama – sama menyalakan lilinnya, kita bisa saling menerangi. Dan menurut saya, hal tersimpel untuk menyalakan lilin itu adalah dengan bekerja dan berkarya. Bekerja lebih, berkarya lebih.

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi