Skip to main content

Happy 2nd anniversary, Sarasvamily!

Sebelumnya saya pernah menulis tentang ini, namun dalam rangka ulang tahun ke-2 Sarasvamily, rasanya saya ingin menuliskannya lagi di blog ini..

-- 

Jalan hidup itu kadang ibarat rel kereta api. Kereta itu sendiri ibarat alat yang kita gunakan, yang akan membawa kita menuju kepada cita-cita, impian, dan tujuan kita masing-masing.

Ada kalanya kita harus berhenti di sebuah stasiun pemberhentian. Beberapa orang yang telah bersama kita dalam kereta, akan turun meninggalkan kita demi tujuannya sendiri. Dan beberapa orang baru akan naik, menggunakan kereta yang sama dengan kita, untuk mengejar tujuannya yang lain, yang kini sama dengan kita.

Stasiun pemberhentian itu ibarat sekolah, kampus, kantor, panggung pertunjukan, studio musik, acara televisi, halaman-halaman buku, track-track dalam CD album, atau tempat dan media lain yang kita lalui dan alami. Di situlah kita akan bertemu dan berpisah dengan orang-orang dalam perjalanan mencapai tujuan kita masing-masing.

Seperti pertemuan atau perkenalan saya dengan Neyna, Kemal, Yuyun, Ayu, Opik, Alink, Mbak Mawar, Amy, Icha, Didit, Ana, Ayang, Putri, Rani, Dimas, Igin, Grow, Hari, Rian, Aldy, Key, Mike, Parjo, Zahra, Risty, Adit, Kibim dan teman-teman lain yang menggemaskan dalam komunitas Sarasvamily. Saya dan teman-teman Sarasvamily ini, mungkin awalnya berada dalam rel yang tak sama dengan tujuan berbeda pula. Namun ada satu titik di mana kita telah bertemu dan mengenal satu sama lain. Dan titik itu adalah sebuah stasiun pemberhentian yang saya sebut panggung, halaman-halaman buku dan track dalam CD. Tepatnya, panggung dan CD album Sarasvati serta halaman-halaman buku yang ditulis Risa Saraswati, satu orang yang sama-sama kami kagumi.

--

Rasanya sudah cukup banyak yang saya alami bersama teman-teman dalam komunitas Sarasvamily ini. Banyak tawa, banyak canda. Banyak belajar juga. Terima kasih untuk waktu-waktu menyenangkan bersama kalian, dear Sarasvamily. Terima kasih sudah mau menyapa saat saya menaiki kereta dan kalian sudah lebih dulu berada di dalamnya. Saya cinta kalian.

--

Kereta api terus berjalan, dan kita terus mengejar apa yang kita mau. Mungkin saja nanti ada saatnya kita akan berpisah di sebuah persimpangan rel, atau di sebuah stasiun pemberhentian lain, kemudian bukan tidak mungkin kita kembali bertemu dan berjalan beriringan. Akan ada juga pertemuan-pertemuan baru dalam perjalanan nanti. Saat kita beriringan, berjalan dalam rel yang sejajar, bahkan berada dalam rel dan kereta yang sama, mari kita rayakan dengan membuka hati dan sapa.

Every person we meet has the potential to become very important in our lives. We just have to remain open to the possibilities and blessing each encounter migh bring. - Anonim

Bahwa kita dipertemukan di stasiun-stasiun pemberhentian bernama panggung, halaman buku, atau track CD, itu hanyalah cara.

Happy 2nd anniversary, Sarasvamily! Kita akan selalu ada dan bersaudara.

Cheers!

--


Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi