“Tiga minggu meja ini kosong tanpa kamu dan aku duduk di
atasnya, bercerita dengan cangkir coklat panas dalam lingkaran tangan
masing-masing. Ah, kerja dan aktifitas sosial lain tentu saja kambing hitamnya.
Hihi. Sudahlah. Yang penting sekarang kita sama-sama duduk di sini ya. Sana bikin
coklat panasmu. Punyaku sudah hampir setengah kuhirup.
Rupamu bertambah manis saat uap panas coklat melukis sesuatu
di wajahmu. Haha. Kamu apa kabar? Banyak cerita yang ingin aku bagi 3 minggu
ini. Banyak hal mengetuk-ngetuk kepalaku sampai aku tak tahan menyeretmu ke meja
ini. Kamu, cangkir coklat panas, dan pagi yang berembun. Aku sesak.
…
Kamu pernah dengar kalimat ini: ‘Orang-orang datang dan
pergi dalam hidup kita, beberapa pergi begitu saja, beberapa meninggalkan jejak
dalam hati kita, dan kita tidak akan pernah sama lagi.’?
Aku lupa dari mana kubaca kalimat itu. Tapi itulah kalimat
yang pas aku rasa untuk perjumpaanku dengan Oma, guru piano di tempatku
bekerja.
Aku sudah cerita sedikit tentang dia sama kamu kan? Aku terkesan
dengan energi dan sikap gigihnya. Baru tiga bulan aku kenal Oma. Setiap kali
sempat, aku suka mencuri-curi cerita dari dia. Mencuri pengalamannya tentang
hidup yang selalu bikin aku terkesan.
Siang tadi aku nonton tv berita yang menyiarkan salah satu
Ustad yang terkenal di Indonesia meninggal. Aku merinding melihat begitu banyak
orang menyolati jenazahnya di Istiqlal, bagaimana orang-orang berebut
mengangkat kerandanya, mengantarnya untuk dikebumikan. Kamu bisa bayangkan
bagaimana dia menjalani hidupnya. Bagaimana orang-orang itu merasa dekat dan
mendapat manfaat dari Ustad itu.
Temanku malah sempat meneteskan air matanya loh saat
menonton tv tadi.
Orang baik memang akan selalu dapat perlakuan baik ya? Entah
saat ia hidup maupun ketika sudah menjadi jenazah. Entah dari manusia, maupun
dari alam, dari sebuah kekuatan sejauh nalar kita tak mampu mencapainya.
Dan entah kenapa sore tadi saat aku bertemu Oma, obrolan kita
sampai pada kekuatan ghaib itu.
Ah, iya, kamu harus iri. Tadi Oma bawa permen asam, oleh-oleh
yang dibawa anaknya yang baru pulang jalan-jalan dari Bangkok. Hahaha. Bukan.
Bukan benar-benar ingin bikin kamu iri kok. Permennya memang enak. Tapi yang
aku ingin sekarang, kamu ingat, bahwa Oma sesekali suka membawa makanan ke
tempat kerja untuk dibagi-bagi, dan berbagi itu selalu bisa mendekatkan. Sekantor
jadi happy. Aku merasanya itu seperti perhatian kecil yang manis dari Oma. Patut
dicontoh.
Kembali ke kekuatan ghaib yang ingin kuceritakan tadi. Entah
menyambung obrolan apa aku tidak ingat, Oma tiba-tiba bercerita bahwa sudah
berkali-kali ia mengalami luput dari maut. Kata Oma, seperti sebuah kekuatan
ghaib terus menjaga dan menyelamatkannya. Ia menyebutnya itu kekuatan Tuhan.
…
Tahun 1973. Saat itu Oma masih muda. Anak-anaknya masih kecil-kecil. Oma punya usaha toko kelontong bersama Om-nya. Dan saat itu ternyata isu etnis masih sangat
sensitif ya. Sekitar seratus orang warga yang dikuasai emosi masuk dan merusak
toko Oma.
Sekitar pukul 10 malam. Oma bersama Om-nya hendak menutup toko. Terdengar suara ribut-ribut dari arah luar. Oma dan Om-nya kaget lalu cepat-cepat bersembunyi. Pintu toko didobrak. Kaca dipecahkan. Barang-barang dagangan Oma, mereka hancurkan. Roti, kue, diinjak-injak. Ditambah dengan makian dan kelakuan yang tak beradab.
Sekitar pukul 10 malam. Oma bersama Om-nya hendak menutup toko. Terdengar suara ribut-ribut dari arah luar. Oma dan Om-nya kaget lalu cepat-cepat bersembunyi. Pintu toko didobrak. Kaca dipecahkan. Barang-barang dagangan Oma, mereka hancurkan. Roti, kue, diinjak-injak. Ditambah dengan makian dan kelakuan yang tak beradab.
Oma hanya bisa bersembunyi ketakutan di bawah meja. Ia berdoa
supaya keluarganya diselamatkan. Oma berdoa sepenuh hati agar anak-anaknya yang
masih balita tidak terbangun. ‘Berkat Tuhan yang membutakan penglihatan warga
itu, saya dan Om tidak ketahuan sembunyi. Dan berkat Tuhan pula yang menulikan
anak-anak saya malam itu, mereka tidak terbangun dan mencari Ibunya. Apa
jadinya kalau warga itu melihat saya, Om, atau anak-anak saya? Mungkin kami
sudah dibunuh.’
Belum puas merusak toko, motor Oma yang diparkir di depan rumah, mereka tarik lalu dilemparkan ke sungai.
Keluarga Oma selamat. Namun usaha toko yang ia bangun hancur
ke titik di bawah nol. Oma harus mencari pinjaman agar usahanya berjalan
kembali.
Saat aku tanya, kenapa kejadian malam itu bisa terjadi. Oma menjawab,
itu semua sesungguhnya bukan salah dia. Ada seorang yang kebetulan berasal dari
etnis yang sama dengan Oma menyerempet kendaraan milik seorang warga, jadilah toko
Oma dan sejajaran toko lain milik etnis yang sama dengan pelaku penyerempet
kendaraan warga itu ikut kena getah.
Oma bilang, ‘Kenapa harus saya? Apa salah saya?’
Tapi kamu tahu? Saat aku tanya, ‘Oma dendam?’ Dia jawab, ‘Nggak.’
Itu bikin saya gak sanggup berkomentar lagi.
…
Sampai sekarang Oma masih ngajar les piano. Dia guru les paling
senior di tempat kerjaku, namun semangatnya paling luar biasa.
‘Saya tuh berangkat bukan dari titik nol lagi, tapi titik
minus.’ kata Oma.
Itulah mungkin yang
bikin Oma terbiasa untuk bersikap gigih hingga kini.
Ah, Oma.. terima kasih untuk inspirasi selama 3 bulan kita
bertukar cerita. Aku yakin masih banyak lagi nanti hal mengejutkan dari orang
bernenergi positif seperti dia.
Cita-citaku banyak. Sekarang boleh tambah lagi ya? Aku ingin
seperti Oma, bersemangat sampai tua.
…
Berbicara tentang kekuatan ghaib yang mendorong hal-hal
ajaib dalam hidup. Pernahkah kamu merasa membuka mata di pagi hari adalah hal
ajaib pertama yang terjadi pada kita setiap hari? Seringnya aku merasa ini
biasa. Karena sudah terasa rutin kualami setiap pagi, jadi tak kuanggap lagi
sebagai keajaiban. Kamu lihat kan betapa kurang ajarnya aku? Padahal bisa saja
kalau Tuhan mau, ia tak lagi membukakan mataku pada suatu pagi.
Ah.. hidup memang keajaiban. Aku memilih hidup dan
mengisinya.
Eh, ngomong-ngomong. Coklat panasmu habis tuh. Sana bikin
lagi.”
Comments