Skip to main content

Lengkah Maddah gokil parah!


Lengkah Maddah udah lewat, tapi serunya masih berasa banget. Tolooong !!! :D

*
Risa Saraswati itu seperti oase. Kreatifitasnya yang tak pernah habis telah mengalirkan inspirasi bagi lahirnya berbagai karya yang tak pernah biasa-biasa. Lagu-lagunya dalam album Story of Peter yang menjadikannya album terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia tahun 2010, buku pertamanya-Danur, masuk dalam nominasi buku terbaik Anugerah Pembaca Indonesia 2012 yang diselenggarakan oleh Goodreads Indonesia kategori nonfiksi. Lalu Maddah, buku keduanya lahir di tahun yang sama dengan Danur, diluncurkan berbarengan dengan album Mirror dalam sebuah konser bertajuk Nishkala Sarasvati. Dihadiri ribuan orang, dan dikenang sebagai konser yang magis, megah dan anggun. Setelah Nishkala, apalagi kejutan yang diberikan Risa Saraswati bersama Sarasvati?

*

7 Maret 2013 kemarin, beruntung sekali saya menjadi salah satu yang “terpilih” oleh “mereka” dalam sebuah petualangan kecil bertajuk Lengkah Maddah. Petualangan seperti apa itu Lengkah Maddah, saya tak tahu sampai akhirnya berkumpul bersama seratus-an peserta lain di depan puluhan Land Rover yang diparkir di Lapangan Gasibu Bandung. Kami dibagi menjadi sekitar 6-7 orang per kelompok, lalu diberi clue yang tertulis dalam surat beramplop coklat. Kami diharuskan menemukan tempat yang dimaksud dalam surat tersebut.

Petualangan dimulai tepat pukul 20.25. Dalam petualangan Lengkah Maddah ini ada 6 pos yang harus kami datangi. Saya, Uci, Kiki, Vivit, Sheila, Kinand dan Dzikri yang tergabung dalam kelompok Ivanna, mendapat clue untuk mendatangi pos pertama yang kami tebak berada di hutan Babakan Siliwangi. Maka meluncurlah kami dengan Land Rover menuju hutan di daerah Taman Sari Bandung ini.

Ketika berjalan hendak memasuki hutan Babakan Siliwangi, kami bertemu dua sosok berjubah hitam yang kemudian memberikan kami sebuah surat. Kami membaca surat tersebut yang ternyata dari Risa. Ia ingin kami mencarikan paling sedikit 10 kelereng yang tersebar di hutan Babakan Siliwangi ini untuk diberikan pada sahabat-sahabatnya. Lalu kamipun masuk ke dalam hutan, mulai mencari dan mengumpulkan kelereng-kelereng itu. Di tengah jalan setapak, kami bertemu dengan dua sosok yang tampaknya seperti Marianne dan Peter. Kami memberikan kelereng yang sudah kami kumpulkan pada mereka, lalu kami melanjutkan perjalanan. Saat berjalan di tengah hutan yang gelap, saya teringat pada pesan Risa dalam surat yang saya baca sebelum masuk hutan, “Jangan takut kegelapan, karena suatu saat kegelapan abadi akan merenggut cahaya yang kita miliki.”

Pos satu sudah kami temukan, kami mendapat clue untuk pos selanjutnya yang harus kami datangi: sebuah sekolah ternama di Bandung yang terkenal dengan hantu Nancy-nya. Pastilah SMU 5 Bandung. Dan kamipun meluncur dengan Land Rover kami ke sekolah ini. Di gerbang, kami disodori surat dari Marianne dan Norma oleh dua sosok berjubah hitam. Dalam surat itu, mereka menuliskan bahwa Elizabeth akan berdansa, dan Norah akan memberikan permainan untuk kami.

Kami pun memasuki area permainan. Sosok-sosok aneh menyambut kami. Lalu di tengah aula, kami melihat dua pasangan sedang berdansa. Pastilah salah satunya Elizabeth. Lalu tiba-tiba sesuatu jatuh dari langit-langit mengagetkan kami: dua buah manequen yang terpotong-potong bagiannya. Inilah tugas yang diberikan Norah untuk kami. Kamipun membereskannya dan berusaha tak melakukan kesalahan sedikitpun. Kurang beruntung atau mungkin gugup karena sosok-sosok yang berada di aula tersebut menarik-narik baju kami ketika kami sedang mengerjakan tugas ini, kamipun tak berhasil. Dan Norah mengusir kami keluar dari sekolah ini.

Pos ketiga, adalah Taman Maluku. Di dalam taman ini terletak sebuah patung hitam menjulang setinggi empat meter. Konon katanya patung ini suka bergerak-gerak. Patung seorang pastor yang namanya harus kami temukan dan catat. Karena itu kami harus melewati jalanan gelap setapak mengitari taman ini untuk bisa sampai di depan patung pastor tersebut dan mencatat namanya. Seperti pesan Peter yang kami baca di pintu masuk taman, kami harus berjalan sambil menyanyikan lirik lagu yang dia suka. Liriknya seperti ini, “Di antara banyak anak yang ada di dunia, dan berapa jumlah ibu yang telah mengasuhnya, banyak anak membutuhkan kasih sayang dan bimbingan, pendidikan diperlukan menjelang masa depan.” Kami terus berjalan sambil menyanyikan lirik tersebut, dan akhirnya kami menemukan nama pastor itu. Pastoor HC. Verbraak namanya. Kami mencatatnya, lalu cepat-cepat mencari jalan keluar dari taman yang gelap ini.

Pos keempat, kuburan Pandu, sebuah tempat pemakaman bagi penganut Kristen. Di sini, kami diminta untuk menemukan sebuah sumber cahaya lalu mencari bunga yang diletakkan di atas nisan-nisan di sekitar sumber cahaya tersebut. Bolak-balik kami berjalan mengitari kuburan ini, namun tetap tak menemukan sumber cahaya tersebut. Lampu sirine dari arah luar area kuburan berbunyi, tanda waktu kami sudah habis. Kami pun memutuskan untuk keluar dari kuburan ini.

Pos kelima, kami mendapat clue tempat ini adalah sebuah gedung pertunjukan kesenian di Jawa Barat. Pentas seni tradisional maupun modern sering ditampilkan di gedung ini. Gedung ini terletak di Jl. Baranang siang dekat dengan pasar tradisional. Pastilah Gedung kesenian Rumentang Siang yang dimaksud. Kami pun meluncur dengan Land Rover kami menuju gedung tersebut.

Sampai di pintu masuk, dua sosok berjubah hitam menyerahkan surat dari Canting. Ia ingin kami mencari dan menemukan surat yang telah ditulisnya untuk anaknya, Buih. Menurutnya, surat itu disembunyikan oleh sesosok makhluk yang tak ia kenal. Kami pun berjalan memasuki gedung dengan penerangan cahaya dari sebatang lilin mengikuti petunjuk yang ada. Astaga. Kami melewati sebuah kamar mandi yang pintunya terbuka. Kami bisa melihat darah berlumuran di lantainya. Lalu kami terus berjalan memasuki sebuah ruangan. Sesosok makhluk bergaun merah duduk di atas meja. Dan Canting di sebelahnya, menatap pada cermin. Kami melihat tumpukan surat itu, lalu mulai mencari surat Canting untuk anaknya, Buih. Ketemu! Kami langsung menyerahkan surat itu pada Canting dan cepat-cepat pergi dari ruangan itu.

Waktu sudah menunjukan hampir tengah malam. Kami siap untuk satu lagi pos terakhir, namun seorang crew menyatakan waktu kami habis. Jadilah Gedung Kesenian Rumentang Siang ini pos terakhir bagi kelompok kami.

*

Ratusan peserta Lengkah Maddah lain yang juga telah menyelesaikan petualangan mereka berkumpul di pintu masuk gedung pertunjukan ini. Kami bertukar cerita sambil menikmati minuman dan hidangan khas Sunda yang disediakan panitia. Ada bajigur, ketan bakar, pisang goreng, bala-bala, roti kukus, kacang rebus, dan masih banyak lagi. Panitia memberikan kesempatan bagi peserta Lengkah Maddah untuk sejenak menarik nafas setelah melalui berbagai ketegangan di pos-pos yang kami datangi.

Setelah puas dengan makanan dan minuman khas Sunda itu, perhatian kami diminta kembali. Panitia menginstruksikan kami memasuki gedung pertunjukan. Kamipun mencari kursi masing-masing, mendudukan tubuh kami yang lelah karena berjam-jam berjalan kaki berpetualang dalam Lengkah Maddah. Entah petualangan apa lagi yang akan kami lewati di gedung ini. Gedung pertunjukan masih gelap. Kami menunggu. Tiba-tiba lampu dinyalakan dan… KYYAAAAA!!!! SARASVATI!!!!



Peserta Lengkah Maddah termasuk saya bersorak-sorak gila melihat band idolanya siap tampil di hadapan mereka. Semua cape kami luruh. Hati kami terlalu girang melihat personel Sarasvati di atas panggung siap menghibur kami. Apalagi malam ini mereka tampil beda. Risa Saraswati cantik sekali seperti bidadari dengan gaun berwarna terang dan hiasan di kepala. Begitu juga Yura, Shella dan Shery. Personel pria pun ganteng-ganteng seperti biasa. Sarasvati sepertinya tak mau kalah memberikan kejutan pada kami pagi itu. Aransmen baru di lagu-lagu yang dibawakanpun diperdengarkan. Iman Jimbot keren sekali dengan tiupan suling dan tabuhan kendangnya. Sampai hati aku pun ikut tertabuh. Eh. :D

Panggung Sarasvati terintim ini semakin special lagi dengan penampilan Yura membawakan Cut and Paste. Lalu Solitude rasa blues dibawakan oleh Shella berduet dengan suaminya, Iyay, yang mengiringi dengan harmonika. Kejutan belum selesai, terutama buat saya. Pagi itu adalah pertama kalinya saya mendengarkan lagu Danur dibawakan langsung oleh duet Risa dengan Arina Mocca. Senang sekali!!



Kejutan selanjutnya adalah Tulus! Berduet dengan Risa menyanyikan lagu Mirror dan Oh I Never Know. Oh, mengapa mereka manis sekali. :’)



Petualangan Lengkah Maddah-ku ditutup dengan lagu Story of Peter. Tepat jam dua pagi. Hanya ada satu kata yang bisa menjelaskan perasaan saya melewati malam hingga pagi dalam petualangan bertajuk Lengkah Maddah ini: GILAAAA!!!!! :D



Konsep yang matang dan detail mulai dari dekorasi pos-pos tempat kami bermain, ide permainan, talent yang luar biasa total, properti yang mendukung suasana seram, manajemen waktu, koordinasi yang solid, kru yang luar biasa. Ya ampun. Kenapa saya cinta sekali Sarasvati? Saya rasa hanya Sarasvati yang mampu menjadikan Bandung sebagai kota wisata musik sekaligus wisata misteri. Salut dan bangga sekali. Selamat untuk sukses Lengkah Maddah!! Lengkah Maddah emang gokil parah!! :D

*

Habis ini, apa lagi ya? Kita tunggu aja yuk temans, ada apa lagi dibalik kepala seorang Risa Saraswati dan Sarasvati yang akan bikin kita berteriak-teriak gila. Lagi. Hahhaha. I love you Teteh Risa, I love you Sarasvati. :D


*foto-foto hasil jepretan @superrumy.

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungkin terdengar berl

Menerjemahkan Karam Sarasvati

Di antara banyak isi kepala, saya suka deh terbengong - bengong berpikir betapa sebuah lagu bisa bertransformasi menjadi banyak bentuk karya lainnya. Ya prosa yang lebih panjang aka cerpen, ya novel, lalu jadi video klip atau bahkan film. Lagu berubah wujud jadi koreografi. Lagu jadi tema foto. Lagu jadi lukisan pasir. Lagu jadi soundtrack pribadi. Oh ini sih saya. Lagu diinterpretasikan menjadi posting instagram? Itu sih kerjaan teman saya. Tapi memang menarik sih. Beberapa waktu lalu juga ada satu band yang membuat lomba foto semacam ini. Jadi kita mendengarkan lagu - lagu mereka, lalu kita posting foto yang menurut kita menginterpretasikan lagu - lagu band tersebut. Dan memang, kalau kita mencipta sesuatu, sudah jelas interpretasi orang terhadap apa yang kita buat tidak akan sama dengan apa yang kita pikirkan saat kita mencipta karya tersebut. Makin banyak interpretasi, makin 'kaya' karyanya. Dan satu hal, tidak ada salah atau benar yang 'pakem' d

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi