Skip to main content

Get closer with sarasvati: Coretan kecil di malam Sabtu



Menulis adalah merapikan ingatan. Yuk yuk yuk nulis lagi ah..

Lagi-lagi ini tentang gigs dari band favorit saya, Sarasvati, yang saya hadiri Sabtu malam kemarin di Royal Hotel, Jalan Juanda, Kota Bogor. Di acara bertajuk Get Closer dari Buitendives EO inilah, Sarasvati tampil untuk pertama kalinya di Kota Bogor.

Menjelang penampilan Sarasvati, band yang terakhir tampil malam itu, penonton mulai merapat ke bibir panggung. Ruangan mulai penuh. Jam sepuluh kurang lima belas menit, suasana berubah gloomy. Ruangan digelapkan. Cahaya minimal, dengan efek suara detak jantung diperdengarkan dari loudspeaker, menambah tidak sabar saya untuk menyaksikan penampilan Sarasvati malam itu.

Foto by @dipcepepey
Setelah peralatan musik siap, Sarasvati pun langsung menghentak panggung dengan lagu pertama, Cut and Paste. Teh Risa sang lead vocal bersuara angelic ini tampil dengan rok terusan hitam selutut berlengan pendek, lengkap dengan make up lebam. “Katanya serem.. yaudah sekalian aja make up begini.. hehe..” kata Teh Risa dari atas panggung.

Malam itu Teh Risa menyinggung bercandaan yang bilang kalo nonton Sarasvati itu harus bawa barang-barang yang berbau mitos. “Hey memangnya saya kuntilanak. Hahahaha. Kami adalah keluarga. Keluarga Sarasvati.” katanya sambil tertawa. Dan Sarasvati pun melanjutkan lagu ke-dua mereka, Fighting Club. We are happy faaaaaaaa-mily!
Foto by @ndraverne

Di lagu perjalanan, Teh Risa turun dari panggung dan bernyanyi di dekat penonton. Lagu yang menurut Teh Risa adalah lagu favorit orang tuanya ini memang selalu seru buat sing along. Yang nonton pun nyanyi bareng-bareng di lagu ini.

Malam itu, Teh Risa juga memperkenalkan lagu baru yang akan ada di album ke-dua Sarasvati, Aku dan Buih. Waa!! Lagunya enak! Dan Teh Risa pun mengundang crowd Bogor untuk dateng di konser launching album ke-dua Sarasvati dan buku ke-duanya, Maddah, di Bandung, 1 November nanti.

Masih inget dong sama lima sahabat kecil Teh Risa; Peter, William, Hans, Hendrick, Janshen, juga Samantha, Kasih, Sarah, Jane, Ardiah, dan yang lainnya? Iya, nama-nama mereka ada di buku Danur, buku pertama Teh Risa. Dan malam itu, Sarasvati juga bawain lagu Danur. Kali ini Teh Risa bawain Danur berduet sama Teh Yura (back voc + piano).

Sebelum acara Get Closer ini digelar, di twitter pribadinya, Teh Risa nantangin siapapun untuk ngapalin lagu Oh I Never Know dan berduet dengannya pada saat acara deigelar. Dan hadirlah Tiara, salah seorang penonton yang menyambut tantangan Teh Risa di twitter. Wah.. duet deh dia nyanyiin lagu Oh I Never Know, lagu yang pertama kali ditulis oleh Teh Risa ini. What a lucky Tiara! :D

Penampilan Teh Risa bersama Sarasvati itu emang dari awal juga udah keren. Tapi di dua lagu terakhir ini menurut saya adalah paling kereeenn!!!

Sebelum menyanyikan lagu Bilur, Teh Risa turun dari stage. Berkeliling di antara penonton. Menuturkan kisah di balik lagu itu. “Saya bertemu dengan seorang perempuan.. beliau meninggal saat hamil delapan bulan.. saya berkata, ‘ibu bolehkan saya buatkan lagu untuk ibu?’ Dan dia berjanji akan selalu datang saat lagu ini dinyanyikan” cerita Teh Risa, membuat seisi ruangan merinding. :D

Foto by
@erwinkurniaa

Tiba-tiba Teh Risa bersimpuh, duduk di lantai di antara penonton dan mulai menyanyikan lagu Bilur. Sampai di tengah lagu, Teh Risa baru bangkit dan berjalan kembali ke arah panggung. Di atas panggung, ia kembali bersimpuh dan menyelesaikan lagu Bilur dengan sangat keren sampai membius penonton. Waw!

“Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka.. teu kinten saena sareng lucuna.. ku abdi dierokan, erokna sae pisan, cing mangga tingali boneka abdi”

Hapal lagu itu kan? Lagu itu diajarkan William pada Teh Risa dulu. Dan malam itu, semua yang hadir di acara Get Closer, menyanyikan lagu favorit  kelima sahabat kecil Teh Risa itu bareng-bareng, agar mereka mau juga hadir di sana.

“William kebetulan ada di sebelah saya” kata Teh Risa. Dan ia meminta penonton menyanyikan lagu “boneka” tadi lebih keras lagi, bersama-sama.. Tiba-tiba..”Yak! Peter di sana!” Teh Risa menunjuk lurus ke arah kerumunan penonton. Penonton yang berada di sekitaran tempat yang ditunjuk Teh Risa sedikit tersentak kaget. Hihi.. Dan semua masih penasaran. Lagu “boneka” kembali dinyanyikan, kencang dan sama-sama. Teh Risa pun menunjukkan sudut-sudut lain di mana Hans, Hendrik dan Janshen berada.

Setelah 'mereka' semua berkumpul, Story of Peter pun dibawakan sekaligus menutup penampilan Sarasvati di acara Get Closer ini.

Waw waw waw! Amazing stage act by Risa Saraswati! Argh!! Makin idola deh kan ini jadinyaaa :D

Foto taken by Trisna

Ga sia-sia perjalanan 5 jam pake nyasar dari Bandung bersama empat teman lainnya, utuk menyaksikan penampilan Sarasvati ini. Hahaha.. Satu-satunya yang disesalkan sih adalah lupa bawa kamera!! Dan mengandalkan camera handphone yang baterenya sekarat itu rasanyaa…. Jadi maaf dear readers, foto-fotonya kurang. Tapi demi melengkapi sebuah postingan di blog, saya sengaja stalking timeline Teh Risa di Twitter. Eh banyak teman-teman yang malam itu hadir ngebagi fotonya. Saya comot beberapa ya, makasih loh.. ;p

Trisna, Yuyun, Kemal dan aku.. taken by Key.

Cheers!

Comments

Popular posts from this blog

Hade goreng ku basa

Kaget, miris, sedih. Tiga kata ini menggambarkan perasaan saya setiap kali dihadapkan langsung pada realita sikap sebagian masyarakat kita yang pengguna teknologi canggih, namun masih mengabaikan etika dan kesopansantunan dalam bertutur. Berkaitan erat dengan penggunaan bahasa, ada sebuah pepatah Sunda berbunyi: “Hade goreng ku basa”. Pepatah ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya sesuatu tergantung bagaimana bahasa dan cara kita menuturkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di ranah publik dan ranah formal, penggunaan bahasa yang baik dan benar (tak hanya dari segi gramatika, tetapi juga konteks sosialnya) amat sangat penting. Beberapa yang belakangan ini sedang sering saya temui adalah: 1. Pencari kerja yang meninggalkan komentar/pertanyaan tanpa memperhatikan tata krama pada postingan iklan lowongan kerja di media sosial. 2. Pelamar kerja/pencari peluang bisnis atau kerja sama yang mengirimkan e-mail tanpa memperhatikan etika berkirim surat. Mungki...

1000 paper stars and one wish

Masih ingat dengan karakter Kugy di novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Atau tonton filmnya deh. Di sana ada adegan Kugy senang membuat dan menempel origami burung bangau. Nah, hari kemarin saya buka puasa bersama dengan teman-teman, dan ternyata saya baru menemukan hobi mereka membuat origami. Tapi mereka gak bikin origami bangau seperti Kugy, melainkan origami bintang. Sambil ngobrol ngaler ngidul, tangan kita asik membuat origami bintang dari paper stars yang sudah banyak dijual di toko aksesoris. Kita tinggal melipat.. melipat lagi.. dan voila! Jadilah bintang-bintang lucu seperti ini! :D Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang. Dan untuk origami bangau dan bintang ini ada mitosnya. Menurut mereka, kalau kamu bikin 1000 bangau atau bintang, kamu bisa make a wish. Namanya juga mitos, bisa jadi benar-benar kejadian bisa juga mitos ini dipatahkan kapan saja. Tergantung kamu mau percaya atau tidak. Kalau salah satu teman saya yang kemarin hadi...

Bandung, kota yang asik untuk jatuh cinta

Saat mengetahui tentang proyek baru dari @poscinta ini, saya langsung tertarik. Karena apa? Tentu karena akan sangat seru rasanya menulis seputar Bandung saat kota tempat tinggal saya sejak lahir ini bersiap menyambut ulang tahunnya yang ke 205 pada 25 September 2015 nanti. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandung menjanjikan akan ada banyak keseruan dalam rangka menyambut HUT Bandung ke 205 nanti, diantaranya Festival Fashion, Festival Kuliner, Festival Kebudayaan dan Light Festival. Jadi mengapa kita tidak ikut bersenang-senang mulai dari sekarang? Untuk entri pertama, saya harus menulis dengan tema "Ikon Kota". Wah. Sebagai kota yang besar, rasanya tidak sulit untuk menemukan ikon kota Bandung ini. Hampir segala yang saya lihat di penjuru kota ini bisa menjadi ikon karena kekhasan dan cerita di baliknya. Sudah banyak pula buku yang membahas Kota Bandung, salah satunya buku 200 Ikon Kota Bandung ini. Jadi yang sulit sekarang adalah, menentukan ikon mana yang akan s...