Sepasang kaki legam tanpa alas menjejak petak-petak ubin stasiun yang dingin dan kusam. Ia berjalan tanpa tergesa mencari sembarang tempat duduk demi melepas pegal yang ia rasakan di sepanjang otot kakinya. Ia tahu stasiun itu tak pernah sepi. Seluruh tempat duduk telah terisi penuh. Maka laki-laki itu membelokkan langkahnya menuju sebuah tiang di salah satu peron, agak jauh dari barisan tempat duduk. Lalu tubuhnya mulai menggelosor ke bawah tiang. Ia duduk dengan pasrah. Merasakan otot-ototnya yang protes selepas dipaksa bekerja seharian. Tangan kanannya begerak menelusuri bagian betis kakinya. Perlahan ia mulai menekankan tangannya pada bagian-bagian yang terasa pegal. Ia lakukan gerakan itu berulang dan bergantian pada betis kanan dan kiri kakinya sampai rasa nyerinya hilang. Sementara itu, tangan kirinya tak pernah sedetik pun meregang dari eratnya pegangan pada sampul mati yang ia buat di atas sebuah karung lusuh. Kara mengamati potongan-potongan adegan itu dari tempat dudukn...